Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Waspada Pelecehan Wanita di Bus Malam!

2 Mei 2012   01:36 Diperbarui: 25 Juni 2015   05:51 9536
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13359251451229783301

[caption id="attachment_185618" align="aligncenter" width="500" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Hari ini saya ngantuk, pakai banget. Biasanya kalau ada agenda dari Jogja, Magelang, atau Semarang, saya memang memilih bis kelas eksekutif yang sesuai kantong semata-mata agar bisa istirahat. Sampai di ladang mencari uang sudah subuh, tidur ekstra sebentar, lalu berangkat lagi ke ladang. Nah, hari ini nggak biasa. Dari jam 2 pagi tadi, tidur saya agak terganggu oleh seorang ibu muda yang meracau tiada henti sepanjang Tol Kanci-Pejagan, mungkin malah dari sebelumnya. Saya sih bangunnya pas masuk gerbang tol. Awalnya saya berpikir, "rese' banget sih, pagi buta ngomyang." Tapi pelan-pelan saya cerna lagi, ternyata ini masalah berat. Setelah saya tengok ke tempatnya duduk, ia tidak lagi berada di tempat pertama kali ia duduk. Saya ikuti lagi omongannya, dan ketahuanlah bahwa ibu muda tadi baru saja mengalami pelecehan. Seorang pria dengan jaket hijau yang duduk di kursi mepet gang menggunakan pose tidur, namun tangannya berlari ke (maaf) payudara si ibu muda. Kebetulan, si ibu muda memang sedang menyusui anaknya. Waw! Sesudah dilecehkan tadi, sepertinya, si ibu muda minta pindah ke kursi di depannya, sementara si pria (yang saya ragukan kelelakiannya dengan tingkahnya barusan) pakai pose polos menganggap itu terjadi karena tidur belaka. Air mata si ibu muda tadi sempat menetes dengan suara yang bergetar. Untunglah ia ada di sebelah seorang ibu separuh baya yang tampaknya sabar dan merelakan waktu tidur untuk menenangkan si ibu muda. Kronologisnya saya kurang ngerti karena saya masih bobo manis pas kejadian yang sebenarnya. Saya cuma lihat perubahan posisi duduk dan menyimak perkataan si ibu sepanjang jalan. Saya baru ngeh kalau si pria jaket hijau ini beneran salah ketika bis masuk perhentian pertama yang memungkinkan turun setelah Cikampek. Pengguna reguler pasti tahu kalau bis nggak akan turun di tempat lain selain di agen. Nah, si pria jaket hijau nan gamang ini sudah berdiri, bersiap, dan berancang-ancang turun bahkan sampai mengetuk atap bis. Dalam hati saya bilang, "lu pikir ini metromini?" Dan begitu sampai agen, si pria jaket hijau ini buru-buru turun. Tampak bener ingin kabur. Saya, kebetulan tujuannya sama, turun di belakangnya dan ikut menutup jalur ojek sehingga ojek tidak langsung serta merta melaju. Jadilah si ojek tertahan sebentar bersamaan dengan kondektur dan si ibu muda turun. Saya lantas tidak mengikuti lagi masalahnya karena saya sudah naik ojek menuju kos-kosan. Dan sesungguhnya, kelakuan si pria jaket hijau tadi dengan meraba (maaf) payudara si ibu muda yang sedang menyusui anaknya, telah melenyapkan hakekatnya sebagai seorang pria. Besok-besok kalau bikin KTP atau ngisi form apapun, jangan ngisi jenis kelamin PRIA deh. Malu sama tangan! Dalam perspektif saya, si ibu tidak salah. Anaknya beneran masih bayi dan saya yakin kalau tidak diberi ASI, maka jelas-jelas akan menangis. Si bayi butuh ASI, itu pasti. Kalau ia tidak dikasih ASI, bisa jadi ia menangis dan itu tentunya sudah membangunkan orang satu bis. Dari sisi kebutuhan si bayi maupun dari sisi kenyamanan, tindakannya (menurut saya) bisa dibenarkan. Tukang ojek yang mengantar saya, di jalan bilang, "kalau saya, nggak berani kalau sama ibu lagi menyusui gitu mah." Dan benar, si ibu memang sedang melakukan hakekatnya sebagai seorang ibu. Alasan bahwa tangan itu nangkring di tempat yang salah karena tidur sepenuhnya bisa dibantah. Dalam teori-teori yang saya sempat ikuti ketika membuat skripsi dulu (kebetulan tentang sakit kepala sehingga ada teori nyasar dikit ke tidur dan per-saraf-an), tidur sambil tangan grepe-grepe itu jelas bukan tidur. Tapi dilakukan dengan sadar. Balita ngompeng aja juga paham itu. Sayang sekali ketika seorang pria meninggalkan hakekatnya hanya karena hal yang sejatinya sederhana. Sejujurnya, dalam perspektif naluriah, seorang pria mestinya menjadi pelindung, bukan semacam pria jaket hijau tadi lakukan. Oya, pria jaket hijau tadi kan sudah menanggalkan kelelakiannya dan sekarang adalah manusia tanpa jenis kelamin. Lupa saya. Ke depan tentu perlu diatur perlakuan yang sama dengan Trans Jakarta beberapa koridor. Bis malam tentunya bisa memberikan fasilitas kepada kaum wanita, apalagi yang bepergian sendirian. Bagaimanapun konsumen bis malam sangatlah banyak. Kita tahu daerah-daerah kantong penduduk yang banyak menggunakan jasa bis malam. Sebutlah Jepara, Kudus, dan sekitarnya yang khas dengan bis malam elite-nya. Atau Wonogiri dan sekitarnya yang punya banyak merk bis. Pasti ada wanita disana, dan pastinya kejadian pagi tadi punya peluang untuk terjadi lagi. Kejadian tadi di bis eksekutif lho, bagaimana dengan kemungkinan lain di bis dengan kelas yang berbeda? Yah, sekian dulu laporan saya dari jalur Pantura, semoga kejadian tadi adalah yang terakhir. Saya nggak menyebut merk bis maupun tempat saya berangkat agar tidak menyudutkan merk tertentu. Saya merasakan adanya itikad baik ketika kondektur membantu mencegat pria jaket hijau untuk buru-buru kabur. Sekali lagi, ini perkara pada mental pelaku. Kita dapat mencegahnya dengan kewaspadaan dan beberapa tindakan preventif lainnya. Salam! Saya mau bobo dulu. Eh, kerja ding! Hehe...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun