Mohon tunggu...
Alexander Arie
Alexander Arie Mohon Tunggu... Administrasi - Lulusan Apoteker dan Ilmu Administrasi

Penulis OOM ALFA (Bukune, 2013) dan Asyik dan Pelik Jadi Katolik (Buku Mojok, 2021). Dapat dipantau di @ariesadhar dan ariesadhar.com

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

R25: Revs Your Ego

4 Oktober 2014   19:30 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:23 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Orang kalau nekat itu kelakuannya macam-macam. Salah satu jenis nekat adalah berani-beraninya mendaftar test ride Yamaha R25 padahal kira-kira sudah tujuh (abad) tahun tidak pernah mengendarai sepeda motor kopling. Siapa itu? Saya. Untung saja admin Kompasiana nggak nanya, kapan terakhir kali naik motor kopling. Ehm, itu 7 tahun silam naik motor kopling, sebenarnya bisa dilanjut lagi pertanyaannya? Waktu itu naik motor apa? Sejujurnya, Thunder dengan jeroan 125 cc, ukuran yang sangat-sangat sama dengan motor sehari-hari saya dari partai Bebek Sejuta Umat.

Berbekal segala kemampuan yang minim itu saya nyepik admin Kompasiana, pun Yamaha Indonesia, dan syukurlah berhasil. Sebuah pesan WhatsApp dari Mbak Aurora Borealisa di Kamis malam bikin saya deg-degan. Deg-degan karena banyak sebab dan banyak pertanyaan.

1) Masih ingat nggak saya naik motor kopling?
2) Kuat nggak saya naik motor kopling yang gede begitu?
3) Kalau nanti pas lepas kopling pertama motornya mati, malu-maluin nggak ya?
4) Bagaimana kalau ada cewek cantik ngelihat motor saya mati karena gagal lepas kopling?
5) Dan seterusnya dengan kadar semakin galau

Pagi itu, jam 5-an saya sudah cabut dari kosan di area Percetakan Negara. Niat awal mau naik kereta, tapi nggak mungkin terkejar karena kumpulnya saja 06.30 pagi sementara jam segitu mungkin saya baru sampai Tanah Abang. Ya, sudah. Naik taksi sajah! Kasus kemudian terjadi karena saya ketipu Google Maps untuk kali kelima. Di tempat yang ditunjuk Google Maps sebagai Bentara Budaya Jakarta ternyata adalah Pasar Palmerah. Google Maps itu kayak lelaki, seringkali berbohong, tapi selalu diampuni sama kekasih. Saya kemudian memilih turun di gedung Kompas yang ada di deretan itu untuk kemudian mengandalkan GPS (gunakan penduduk setempat). Lumayan, karena nanya ke satpam, saya jadi bisa numpang lewat gedung Kompas Gramedia.

Begitu saya melihat sebuah bis Big Bird, hati tenang. Pengalaman aja sih, kalau event macam ini pasti naik bis 3/4, seperti waktu saya ikutan event bareng sebuah pabrikan mobil di IIMS, setahun silam, via Kompasiana juga sih. Nah, sesudah itu saya lalu berkenal-kenalan dengan beberapa Kompasianer. Beberapa terbilang baru, tapi lebih produktif dibandingkan saya yang sudah terdaftar sejak 2010, tapi kebanyakan hiatusnya.

Awal mulanya saya mengira bahwa event akan digelar di sekitar Mall @ Alam Sutera karena disitu banyak jalanan gede, terbilang masih kosong, dan bisa buat geber habis. Tapi ternyata dihelat di Flavor Bliss, sebuah lokasi nongkrong di Alam Sutera. Pagi-pagi buta, tentu saja belum ada konsumen yang main di tempat sejenis Citywalk ini. Maka, begitu Big Bird-nya berhenti dan melihat ada 3 Yamaha R25 nongkrong bersama 1 T-Max dan 1 R6 langsung deh para Kompasianer menghabiskan waktu untuk foto-foto sampai lemas.

1412400104303061620
1412400104303061620
Tunggu punya tunggu akhirnya sesi dimulai. Langsung test ride? Tentu saja belum. Tak kenal maka tak (kawin) sayang. Sebelum naik, kita harus tahu dulu apaan itu Yamaha R25. Dua orang berkompeten dari Yamaha tampil ke depan. Pak Masykur dengan sisi bisnis, Mas Ridwan dari sisi teknis. Semuanya komprehensif di bawah moderasi Mas Dodi. Mantap pokoknya.

Dari sesi ini Kompasianer jadi tahu tentang R-DNA. DNA Racing yang menjadi andalan di Yamaha R25 dan aneka turunannya kelak, termasuk pengaturan posisi duduk yang highly trained athlete body. Detailnya dapat dibaca DISINI.

Sesudah sesi perkenalan itu, tiba-tiba sudah siang. Maka saatnya makan siang. Kenyang tentu sudah jadi jaminan, karena nggak ada Kompasianer yang malu-malu. Persis sesudah kenyang, Kompasianer kemudian disuguhi sesi safety riding dari Yamaha Riding Academy. Disini dipaparkan ilmu tentang blankspot spion saat berkendara. Kemudian kelengkapan-kelengkapan dan kejadian-kejadian yang terkait safety riding. Termasuk ada pertanyaan dari salah seorang Kompasianer tentang teduhan di fly over. Ternyata, nih, dalam pengetesan sebuah motor, ujiannya lebih kejam daripada jalanan sebenarnya. Jadi, secara motor sih kuat, cuma memang kayaknya orangnya yang tidak kuat. Disini juga dipaparkan bahwa mayoritas kecelakaan disebabkan oleh faktor manusia. Itulah gunanya Yamaha mengadakan sosialisasi safety riding. Kalau mau dihubungkan, dengan motor Yamaha R25 nan gahar tentu tendensi untuk ngebut sangat nyata. Jadi informasi dari Yamaha komprehensif sekali di Kompasiana Nangkring ini.

Sesudah coaching clinic tentang safety riding, para Kompasianer yang kali ini sudah seragam kemudian turun dan mulai mencicipi Yamaha R25 yang sedari pagi sudah dielus-elus itu. Saya sendiri melihat antrean di test ride "sirkuit" rada rame, jadi saya ke dyno booth. Disini Yamaha R25 beneran diatur sedemikian rupa sehingga kita bisa melakukan pengujian kecepatan R25 segeber-gebernya, segaspol-gaspolnya. Disini juga tampak semua yang sudah dipaparkan di awal oleh pihak Yamaha, termasuk hingga segala isi dashboard yang tampak cantik.

1412400234411664956
1412400234411664956
Oh, satu alasan lain saya ke dyno booth duluan adalah untuk refresh apakah saya masih ingat cari naik motor kopling yang transmisinya turun-naik-naik-naik-naik-naik itu. Lumayan, bisa sampai 196 km/jam. Itu kalau di jalanan beneran mantap kali sepertinya. Sesudah menikmati geberan R25 versi full, akhirnya saya dapat kesempatan ngangkat R25 beneran. Sesudah mengenakan safety equipment, akhirnya saya naik motor berpenampilan gahar itu dua lap. Pertamanya takut karena belum-belum sudah rute zigzag. Tapi ternyata sudut yang 34 derajat itu sangat membantu akselerasi. Motor seberat 166 kg itu jadi nggak terasa berat. Pasti karena ringan sama dipikul, berat sama dijinjing #lah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun