Baru saja, Bu saat menginjak waktu ke empat aku berbicara dengan Tuhan, sedikit berunding dalam hening dan mencari spasi dalam diskusi, untuk membawamu pulang dengan sedikit paksaanÂ
"Tuhan bolehkah ia kubawa pulang?" tanyaku
Tak ada jawaban. Tuhan hanya memberikan potongan kenangan, pada baju seragam putih kekuningan, pada sepatu NB lusuh oleh genangan serta pada topi dan dasi yang ia pakaikan menjelang pagi.
"Tuhan bagaimana cara membawanya pulang?" tanyaku kembali
Kembali tak ada jawaban. Tuhan hanya memberikan lembaran, berisi tulisan lama ---yang aku tahu darinya--- tentang memeluk hidup di dada, memegang dunia di kepala dan menyimpan doa-doa hingga purba, agar menjelma aku pada senyumnya.
"Sekali saja, Tuhan. Bisakah?"
Tak ada yang nampak di sana, hanya ada namaku yang sibuk berdoa, semoga nanti ada katakata elusif yang memintaku untuk dibawa pulang, dariMu.
Aku rehat untuk menulis segala bentuk puisi apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H