Mohon tunggu...
Arieq Hasan
Arieq Hasan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Haloooo!

Selanjutnya

Tutup

Seni

Eksistensi Gerabah Sitiwinangun

18 Mei 2023   13:45 Diperbarui: 18 Mei 2023   13:46 916
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah Pengrajin Gerabah Sitiwinangun. dokpri

Gerabah merupakan salah satu bentuk kerajinan tangan yang telah ada di Indonesia sejak zaman prasejarah. Sejarah gerabah di Indonesia sangatlah kaya dan beragam, dengan pengaruh budaya dari berbagai daerah di Nusantara, salah satunya ialah Gerabah Cirebon. Sejarah gerabah di Cirebon diyakini bermula pada masa Kesultanan Cirebon pada abad ke-15. Sentra kerajinan gerabah ini terletak di Desa Sitiwinangun, Kecamatan Jamblang, Kabupaten Cirebon. Oleh karena itu sentra gerabah ini dikenal dengan nama 'Gerabah Sitiwinangun'.
Pembawa pengaruh kerajinan gerabah di desa Sitiwinangun adalah Syekh Dinureja. Seorang cendekiawan muslim bernama asli Ki Mas Ratna Gumilang. Syekh Dinureja melakukan penyebaran agama islam dengan cara mengajarkan keterampilan tembikar. Syekh Dinureja tidak hanya berdakwah Islam, tetapi juga meningkatkan taraf hidup penduduk desa setempat.
Pada saat itu, Syekh Dinureja memberikan nama Padukuhan Kebagusan sebagai Desa Sitiwinangun. Nama Sitiwinangun sendiri memiliki arti yang erat dengan kerajinan gerabah tersebut, kata Sitiwinangun terdiri dari kata 'Siti' yang artinya tanah dan 'Winangun' artinya dibangun. Mengingat dari cara membuat gerabah tersebut dengan membangun dan membentuknya dari tanah liat.
Pada tahun 1970-an, gerabah Sitiwinangun mengalami masa puncak kejayaannya, dimana banyak permintaan yang datang dari luar negeri serta banyak warga asing yang berdatangan mengunjungi tempat kerajinan Gerabah Sitiwinangun, dan juga mereka dapat memproduksi gerabah sekitar 2-3 truk perharinya.
Namun, sangat disayangkan seiring berjalannya waktu kerajinan gerabah di desa Sitiwinangun mengalami penurunan, hal ini terjadi karena banyak peralatan rumah tangga berbahan plastik dan semen mulai bermunculan menggantikan gerabah.
"Kerajinan ini merupakan kerjinan yang turun temurun, sehingga tetap dijaga. Ada banyak nilai moral dalam gerabah seperti semangat pekerja keras, kerja sama timbal balik, ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan melestarikan lingkungan, sehingga gerabah adalah warisan leluhur yang harus terus dirawat. Kami tidak menggunakan sumber daya alam secara semaunya tetapi hanya memanfaatkan tanah petak secukupnya untuk kelangsungan hidup", Ujar Bapak Kadmiya selaku pengrajin gerabah.
Bahan baku yang dipakai terdiri atas dua jenis, yakni tanah liat yang digunakan untuk produk hiasan diambil dari wilayah Jatiwangi, sedangkan tanah liat yang terdapat di desa Sitiwinangun digunakan untuk membuat peralatan memasak seperti paso, kuali, dan gentong karena kekuatan fisiknya yang lebih tinggi. Tanah liat tersebut perlu dikeringkan selama dua minggu hingga satu bulan sebelum bisa dibakar. Pembakaran tanah liat dari Jatiwangi memerlukan waktu yang lebih lama dengan sistem pembakaran terbuka, dibandingkan dengan tanah liat dari wilayah setempat. Dengan kata lain, suhu matang tanah liat setempat lebih rendah sehingga secara teknis produksinya bisa lebih efisien dibandingkan dengan tanah liat dari daerah lain.
Pembuatan gerabah Sitiwinangun terdapat 3 cara, yaitu ;
1. Cetak
Teknik cetak merupakan teknik Gerabah dengan mencetak tanah pada bentuk-bentuk tertentu seperti bentuk Topeng, asbak rokok dan lain sebagainya.
2. Building (Membangun)
Teknik Building merupakan teknik Gerabah yang mana cara membuatnya dengan tangan kosong tanpa bantuan alat terkecuali alas sebagai media pondasinya dan air sebagai penghalusnya. Contoh hasil dari teknik Building adalah seperti bentuk Candi.
3. Anjun (Memutar)
Teknik Anjun merupakan teknik Gerabah yang mana cara membuatnya dengan bantuan alat memutarnya seperti meja bundar putar sebagai mediasi fondasinya, Serat (Benang) untuk memotongnya, dan Dalim (Kain) untuk menghaluskannya.
Kerajinan gerabah saat ini berupa karya seni patung, topeng, kendi hingga aksesoris sebagai dekorasi rumah lainnya. Harganya cukup beragam mulai dari Rp 15 ribu hingga Rp 750 ribu. Tergantung bentuk dan ukuran dari kerajinan gerabah tersebut.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun