Di lereng Gunung Merbabu yang sejuk, tersembunyi sebuah candi kecil yang berusia ratusan tahun. Candi Umbul, begitu orang-orang menyebutnya, dikenal bukan hanya sebagai tempat peribadatan pada masanya, tetapi juga sebagai tempat mandi air panas yang dipercaya memiliki kekuatan penyembuhan.
Di sebuah desa kecil yang berdekatan dengan candi tersebut, hiduplah seorang gadis bernama Lintang. Sejak kecil, Lintang selalu tertarik dengan cerita-cerita kuno tentang Candi Umbul yang sering diceritakan oleh neneknya. Nenek Lintang adalah satu-satunya orang yang tahu banyak tentang sejarah candi itu, termasuk tentang kearifan lokal yang terkandung di dalamnya.
Lintang adalah gadis yang cerdas dan penuh rasa ingin tahu. Suatu hari, ia memutuskan untuk pergi ke Candi Umbul sendirian. Dengan langkah pelan, ia menyusuri jalan setapak yang dipenuhi pohon-pohon rindang, hingga akhirnya tiba di candi. Meski sudah tua dan beberapa bagiannya rusak dimakan waktu, Candi Umbul tetap memancarkan aura magis yang memikat.
Setibanya di sana, Lintang merasa seperti ditarik oleh sebuah kekuatan yang tak terlihat. Ia mendekati kolam air panas yang berada di tengah candi, lalu duduk di pinggirannya. Airnya jernih dan mengeluarkan uap hangat. Dengan hati-hati, Lintang mencelupkan tangannya ke dalam air. Sesaat kemudian, ia merasa ada sesuatu yang aneh. Dalam benaknya, terdengar suara lembut yang membisikkan sebuah pesan.
"Lestarikan alam ini, anakku. Candi ini adalah saksi bisu perjalanan leluhurmu, dan airnya adalah pemberian dari alam yang harus dijaga."
Lintang terkejut, namun suara itu membuatnya merasa tenang. Ia merenungkan pesan tersebut, dan perlahan ia mulai memahami maknanya. Candi Umbul bukan hanya sebuah peninggalan sejarah, tetapi juga simbol harmonisasi antara manusia dan alam. Air panas yang mengalir di sini berasal dari perut bumi, dan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan sekitarnya. Namun, jika tidak dijaga, semua itu bisa hilang.
Sejak hari itu, Lintang bertekad untuk menjaga alam di sekitar Candi Umbul. Ia mulai mengajak warga desa untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Bersama-sama, mereka membersihkan candi, menanam pohon, dan menjaga sumber air tetap bersih.
Tak lama kemudian, desa Lintang menjadi lebih hijau dan asri. Warga desa yang semula acuh mulai menyadari pentingnya menjaga alam. Mereka kembali menggunakan Candi Umbul sebagai tempat untuk merenung dan mencari ketenangan, sambil merasakan kehangatan airnya yang menyejukkan jiwa.
Lintang kini tumbuh menjadi seorang pemimpin yang bijaksana. Ia tak hanya menjaga tradisi leluhurnya, tetapi juga mengajarkannya kepada generasi berikutnya. Candi Umbul tetap menjadi simbol kearifan lokal yang mengingatkan semua orang tentang pentingnya menjaga hubungan harmonis antara manusia dan alam.
Dengan begitu, pesan dari Candi Umbul terus hidup, mengalir bersama waktu, seperti air hangatnya yang tak pernah berhenti mengalir.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H