Mohon tunggu...
Gaya Hidup

Realita Kehidupan di Indonesia

25 November 2016   22:27 Diperbarui: 25 November 2016   23:16 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Manusia merupakan makhluk hidup yang paling sempurna dibanding makhluk hidup lainnya. Akan tetapi dari antara manusia, tak pernah ada yang sempurna. Masing-masing pribadi memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing yang di mana akan membawa mereka ke jalan hidup yang berbeda-beda. Terkadang mungkin terlintas di pikiran kita, “Mengapa presiden kita bukanlah seorang profesor atau mungkin seorang ahli, melainkan seorang pengusaha?”

Presiden merupakan sesosok pribadi yang memiliki tugas yang jauh lebih berat dari kebanyakan profesi yang lain. Dia memegang tanggung jawab yang berat karena masalah negara  menyangkut kepentingan banyak orang. Seorang tokoh pembawa tanggung jawab besar tidaklah seseorang yang jenius atau sangat sempurna atau sejenisnya, melainkan seseorang yang memanglah sudah siap untuk berkorban demi kepentingan banyak orang. Ia harus pandai-pandai mencari strategi, mengatur waktu, tepat dalam memilih penggunaan kata, dan  memanglah ingin mengambil jabatan ini bukan hanya karena masalah uang semata. 

Walaupun banyak hal telah ia lakukan untuk memajukan negara dan demi kepentingan banyak orang, terkadang ia masih sering dicaci maki atau dikritik karena suatu keputusan yang dipilihnya. Statusnya juga sering dipermasalahkan, baik karena masalah ras maupun agama. Di Indonesia, sudah sangat sering kita temukan masalah demo atau protes lainnya yang menyangkut masalah agama maupun ras.

Aksi protes ini juga sering diwarnai dengan kerusuhan dan memakan banyak korban jiwa. Bukankah hal ini cukup menyedihkan? Dapatkah kalian bayangkan berapa banyak orang menjadi korban hanya karena aksi ketidaksetujuan kita? Bisa saja di antara mereka merupakan tokoh-tokoh generasi muda yang siap membawa Indonesia menuju negara yang lebih baik, akan tetapi hal itu tak dapat terwujud lagi karena nyawa mereka telah direnggut.

Masalah ras dan agama sungguhlah mendominasi kasus-kasus dan aksi protes di Indonesia. Bukankah kita sendiri telah mengatakan bahwa Indonesia itu Bhinneka Tunggal Ika? Berbeda-beda tapi tetap satu bangsa? Perbedaan-perbedaan itu seharusnya yang menyatukan kita! Bukan yang mencerai-beraikan kita.

Manusia tak pernah bisa memilih apakah ia ingin terlahir sebagai seorang India, Jawa, Cina, Sunda, Madura, maupun memiliki ras-ras lain. Mereka terlahir bukan karena rencana mereka, melainkan karena kehendak Yang Maha Kuasa. Mereka juga tak pernah bisa memilih apakah mereka akan terlahir di keluarga yang berkecukupan, berkelimpahan, atau yang berkekurangan. 

Akan tetapi, mereka semua pasti memiliki jalan hidup yang berkelanjutan. Semua tantangan, tekad, usaha, dan bermacam-macam liku kehidupanlah yang akan menentukan jalan kehidupan mereka yang selanjutnya. Lalu, apakah adil bagi mereka jika kita mengkritik mereka karena ras mereka? Atau sesuatu yang dilakukan ras mereka namun tak dilakukan oleh dirinya? Pola pikir kita sering terarah pada suatu pola pikir dimana orang yang hidup dalam sekelompok orang pastilah berkecenderugan sama seperti kelompok tersebut. Jika satu bersalah maka akan mencoreng nama baik kelompok tersebut dan semua orang yang ada di kelompok tersebut akan dianggap kurang lebih sama dengan orang yang membuat kesalahan itu.

Dalam menyangkut masalah agama, agama memanglah pilihan kita. Agama sangatlah bermacam-macam dan jumlah pengikutnya berbeda-beda, semua tergantung dari jumlah orang yang percaya pada ajaran tersebut. Di Indonesia, pada umumnya masyarakat beragama Hindhu, Budha, Islam, Katolik, Kristen, dan Aliran Kepercayaan. Masing-masing dari agama ini memiliki ajaran dan prinsipnya sendiri-sendiri. 

Tentunya ada nilai-nilai baik yang berbeda yang diajarkan dalam agama-agama tersebut. Namun hal yang terpenting terletak pada bagaimana orang-orang menjelaskan atau mengajarkan paham-paham agamanya kepada orang lain. Paham yang satu dengan paham yang lain bisa saja berbeda walau membahas satu agama. Suatu ajaran yang baik akan memunculkan ketenangan dan kenyamanan dalam hidup, akan tetapi ajaran yang sesat hanya akan membawa seseorang menuju petaka yang hebat.

Masalah ikut-ikutan sudah sering ditemukan di Indonesia. Hal ini terjadi karena kurangnya rasa percaya dan kurang memegang prinsip dalam hidup. Jika kita memanglah sudah kuat dan percaya pada prinsip yang kita pegang, maka kita tidak akan mungkin ikut-ikutan orang lain dalam mengambil keputusan. Masalah ikut-ikutan inilah yang sudah menjamur di Indonesia. Pilihan memanglah di tangan kita, akan tetapi semua pilihan kitalah yang menentukan Indonesia di masa kedepannya, karena Indonesia ada di tangan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun