Mohon tunggu...
Ariel Hosea
Ariel Hosea Mohon Tunggu... Mahasiswa

20 y.o | mahasiswa s1 sistem informasi ( semester 6 ) di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto | gen z yang menulis | awalnya karena coba-coba lalu jadi hobby | lewat tulisan, saya ingin berbagi | lewat tulisan, saya ingin tumbuh

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Aku yang Tak Berpuasa, tapi Ramadan Tetap Mengajarkanku Banyak Hal

30 Maret 2025   12:56 Diperbarui: 30 Maret 2025   20:02 211
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar surat | Sumber: Freepik.com

"Ramadan bukan hanya tentang menahan lapar, tapi juga tentang menemukan makna dalam kebersamaan, kesabaran, dan berbagi."

Dear Ramadan,

Kau datang dengan ketenangan, membawa perubahan dalam ritme kehidupan orang-orang di sekitarku. Aku bukan bagian dari mereka yang menahan lapar dan dahaga, tapi aku ikut merasakan sesuatu yang berbeda saat kau tiba. Kota yang biasanya riuh di siang hari, mendadak lebih tenang. Jalanan yang biasanya macet di sore hari, berubah menjadi lautan manusia yang berburu takjil dengan wajah penuh harap. Malam yang biasanya sepi, kini dipenuhi suara doa dan lantunan ayat suci.

Aku bukan orang yang berpuasa, tapi Ramadan, kau tetap mengajarkanku banyak hal.

Menemukan Arti Sabar di Bulan Ramadan

Dari teman-temanku yang berpuasa, aku belajar bahwa lapar dan haus bukan sekadar ujian fisik. Ada sesuatu yang lebih besar: menahan diri dari amarah, menahan diri dari kebiasaan buruk, dan menahan diri dari ego yang sering kali terlalu tinggi. Aku melihat mereka yang biasanya mudah terpancing emosi, tiba-tiba lebih sabar. Mereka yang biasanya tak terlalu peduli dengan sekitar, kini lebih peka dan ringan tangan membantu.

Aku pun ikut mencoba. Meskipun aku tidak berpuasa, aku belajar untuk lebih sabar saat menghadapi segalanya. Aku belajar untuk lebih memahami orang lain, lebih banyak mendengar dibanding berbicara. Aku sadar bahwa pengendalian diri bukan hanya tentang tidak makan dan minum, tapi juga tentang bagaimana kita mengelola pikiran dan perasaan.

Kebersamaan yang Menghangatkan di Bulan Ramadan

Ramadan, kau membuatku menyadari betapa berharganya kebersamaan. Saat azan magrib berkumandang, aku melihat meja-meja makan yang penuh dengan keluarga yang berkumpul. Aku melihat teman-temanku yang biasanya makan sendiri di kos, kini mencari cara untuk berbuka bersama. Aku bahkan pernah diajak menghadiri buka puasa bersama, meskipun aku tidak berpuasa. Dan di momen itu, aku merasa menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Aku belajar bahwa berbagi kebersamaan bukan hanya tentang berbagi makanan, tetapi juga berbagi cerita, tawa, dan rasa syukur. Aku melihat orang-orang yang berbagi takjil di pinggir jalan, memberikan makanan untuk mereka yang membutuhkan tanpa mengharap imbalan. Aku menyadari bahwa kebersamaan bukan hanya soal siapa yang ada di meja makan kita, tapi juga tentang bagaimana kita bisa menghadirkan kehangatan di hati orang lain.

Merenung dan Menemukan Diri di Bulan Ramadan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun