Dulu, sering kita temukan para pedagang asongan atau penjual kopi keliling dengan gerobak dan sepeda. Mereka berjualan dengan berpindah-pindah tempat setiap hari. Namun, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang semakin modern, jumlah pedagang asongan atau penjual keliling menurun karena kalah bersaing dengan bisnis online.
Saya berkesempatan berbincang dengan pemilik sebuah warung yang terletak di Jl. Bung Karno, Karang Tapen, tepat di depan Hotel Sayung. Nama warung tersebut adalah Warung Sayung Buk De. Saat saya mampir, pengunjung tidak terlalu ramai. Saya masuk ke dalam warung yang sering menjadi tempat nongkrong anak muda, dan memutuskan untuk membeli beberapa makanan dan minuman.
Beberapa menit kemudian, pemilik warung, yang sedang bersantai sambil menonton TV, datang. Saya menyapanya dan mengajak berbincang. Pemilik warung tersebut bernama Ibu De. Sambil menikmati jajanan, saya mulai bertanya kepada Ibu De yang dengan ramahnya langsung menjawab pertanyaan saya. Dari percakapan singkat tersebut, saya mengetahui bahwa Ibu De berasal dari Malang, Jawa Timur. Sekarang, dia sudah menikah dan memiliki satu anak. Dia sangat mengenal dan memahami perilaku serta aktivitas anak muda di sekitar warungnya. Ibu De melayani saya dan pelanggan lainnya dengan sangat ramah.
Ibu De pindah ke Lombok pada tahun 2000-an dan menetap di sana sambil membuka warung sederhana yang sering dikunjungi oleh anak-anak muda. Saat saya bertanya tentang asal-usulnya, dia menjawab bahwa dia asli Malang, Jawa Timur. Ketika ditanya mengapa banyak orang dari luar Lombok mendapatkan pekerjaan lebih mudah dibandingkan penduduk asli, dia menjelaskan beberapa faktor penyebabnya, seperti pemahaman yang baik tentang usaha yang akan dilakukan dan keberanian yang lebih tinggi untuk mencoba hal baru.
Dalam sehari, hasil penjualan warungnya bisa mencapai antara 400.000 hingga 1.000.000 rupiah. Jadi, dalam sebulan, jika ramai, pendapatan warung bisa mencapai sekitar 12.000.000 rupiah. Beberapa hal penting yang dia ungkapkan adalah tentang pentingnya kesopanan, perilaku baik, dan pelayanan yang memuaskan agar pelanggan merasa nyaman. "Jika kita sudah melakukan dan menjalani semua itu, pelanggan akan merasa senang dan nyaman, dan kita pun akan diuntungkan oleh kesenangan dan kenyamanan mereka," ujarnya.
Akhirnya, pembicaraan kami pun selesai dan saya pamit pulang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H