Top up sebuah istilah yang tidak akan asing di telinga para kaum millennial sekarang. Top up jika kita lihat dari arti luasnya bisa menyangkut banyak hal tetapi pada intinya akan melibatkan yang namanya tranksasi keuangan. Kata Top Up paling banyak didengarkan dari pihak bank yang melakukan pemberian pinjaman untuk meningkatkan kredit jumlah peminjam. Tetapi kata yang satu ini lebih meluas pada golongan pemain. Ya benar, golongan yang kita sebut gamer. Gamer adalah orang-orang dari berbagai kalangan yang memainkan sebuah permainan digital menggunakan perangkat digital seperti handphone, laptop, PC, maupun yang lainnya. Permainan inilah yang dijadikan developer dari permainan tersebut sebagai ladang menggali emas di tambang terbesar yaitu internet. Sejak awal game (permainan) online ditemukan mulai muncul beragam game dan aplikasi online yang membutuhkan uang untuk membeli dan menggunakannya. Tentun untuk bisa mengakses maka kita perlu membayar dengan dua metode yaitu transfer ataupun menggunakan pulsa.
Seiring perkembangan game, pihak developer mulai melakukan tranksasi in-game. Hal ini biasanya terjadi pada game-game online besar yang sangat banyak pemainnya. Tentu ini dilakukan agar meningkatkan kenayamanan dalam permainan sekaligus menambah omset developer. Dengan pancingan seperti itu maka para gamers akan melakukan top up untuk mengisi ulang dana dalam game. Dana tersebut biasanya akan digunakan untuk membuat karakter yang dimainkan menjadi lebih keren dan kuat, mendapatkan fitur premium yang lebih menguntungkan permainan, ataupun mengumpulkan koleksi karakter. Well, tapi tidak semua gamers akan melakukan top up. Ini disebabkan berdasarkan kemampuan maka  mereka biasanya terbagi menjadi 3 golongan yaitu: Free-to-play gamers, Pay-to-win gamers, dan Mid-to-play gamers. Biasanya yang melakukan top up ada pada Mid-to-play dan Pay-to-win. Yang membedakannya adalah Pay-to-win akan merogoh dompet mereka sedalam-dalamnya untuk lebih unggul dibandingkan yang lainnya. Tentunya ini akan membuat uang beraliran masuk ke dalam dompet pihak developer game tersebut.
Apakah sebenarnya yang menyebabkan pemain ingin melakukan top up game? Jika kita melihat dari berbagai keadaan yang ada, bisa dikatakan cukup beragam faktor yang mendorong orang untuk melakukan top up. Ada yang menghargai game tersebut sehingga bersedia membantu perkembangannya, ada yang ikut-ikutan karena melihat permainan orang lain (Streaming), ada yang bertujuan untuk mengoleksi dan memperkuat karakternya, tetapi faktor yang paling kurang baik adalah untuk menyombongkannya kepada orang lain.
Tapi kita disini bukan untuk membahas keuntungan developer melainkan apakah dampak top up game ini kepada masyarakat kita. Jujur saja, setiap hal akan menghasilkan dua aspek yaitu negatif serta positif. Pada kasus ini top up pun mempunyai beberapa sisi positif yaitu:
- Kita sebagai gamers bisa membentuk sifat saling bersaing untuk menjadi lebih unggul. Top up game ini bisa dijadikan katalis untuk menambahkan kepercayaan diri gamers untuk terus bersaing.
- Kedua, karena banyak sekali jenis game online yang beredar sekarang maka bisnis top up game bisa berkembang besar. Apalagi menjadi lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.
- Game buatan negara kita bisa menjadi lebih bagus karena ada dukungan dari para gamers top up ini.
Dilihat dari unsur positif sebenarnya top up game cukup menguntungkan. Tetapi bagaimana jika kita tentukan hal itu setelah melihat beberapa dampak negatifnya di bawah ini:
- Top Up game merusak tatanan permainan dalam sebuah game. Itu dikarenakan para Pay-to-win gamers selalu didahulukan dan mendapatkan sesuatu yang istimewah dibandingkan para free-to-play gamers.
- Secara tersirat menunjukkan bahwa uang bisa mengalahkan hasil dari kerja keras. Ini terbukti dari beberapa gamers dari game yang menggunakan sistem yang namanya gacha atau rolling. Para gamers pay-to-win bisa membeli banyak bahan untuk gacha tersebut sehingga bisa melengkapi koleksi mereka, sedangkan ada banyak orang yang berjuang keras untuk grinding tetapi selalu nasibnya selalu dibawah mereka yang top up.
- Top up bisa menyebabkan kecanduan. Ini dilangsir dari beberapa kasus yang pernah terjadi. Top up yang berlebihan bisa menyebabkan rasa tidak puas akan sekali aja melakukannya. Ini bisa menganggu kesehatan mental dari para pemain.
- Kemudian pengeluaran yang selalu dilakukan akan menguras keuangan masyarakat negara kita.
- Terus top up game ini dianggap pemborosan oleh agama. Dan masih terus berlanjut.
Benar, cukup banyak sekali jika ditelusuri lebih jauh. Ternyata jika kita selidiki top up game bukan hanya membawa dampak buruk pada ekonomi tetapi juga pada bidang psikologis, kesehatan, bahkan agama. Hal ini juga didukung oleh Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara. Beliau menyampaikan, setiap masyarakat kita membeli game online berbayar yang developernya dari luar negeri maka keuangan negara kita akan akan megalir ke sana. Tentu ini hanya akan membuat neraca ekonomi Indonesia semakin tidak seimbang. Memang benar jika untuk sekali keluar hanya beberapa dollar tetapi bayangkan jika kalian menghitung banyaknya populasi rakyat Indonesia yang telah terjun ke dunia gaming. Ditambah Top Up yang bisa membuat gamer kecanduan untuk setiap harinya melakukan top up hanya akan memperburuk keadaan ini.
Dari semua hal yang telah dipaparkan sebelumnya bisa kita tarik sebuah kesimpulan. Top Up game sebenarnya bukanlah hal yang buruk, karena memang benar top up ini adalah salah satu apresiasi kepada developer games tersebut. Tetapi hal ini bisa dikatakan berbahaya jika dosis top up yang dilakukan sudah melebihi batas yang normal. Karena saat seseorang sudah melewati batas tersebut maka mereka akan menjadi terobsesi dengan game bahkan tidak peduli banyaknya uang yang mereka habiskan. Jika generasi muda negara kita dibiarkan terobsesi maka akan terbentuk generasi yang hanya akan menghabiskan harta negara. Oleh sebab itu, diperlukan sekali pengawasan orang tua terhadap tingkah laku anak-anak dalam dunia game yang luas ini. Jangan sampai mereka malah terjerumus pada hal-hal yang akan membahayakan hidup mereka. Sekian Terimakasih, stay srong!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H