Mohon tunggu...
ARI EKAPRASETIYANTO
ARI EKAPRASETIYANTO Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa S3 Teknologi Pendidikan Unesa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

SMK dan Green Jobs : Mempersiapkan Lulusan Untuk Ekonomi Berkelanjutan

5 Januari 2025   17:43 Diperbarui: 5 Januari 2025   17:43 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Di era perubahan iklim global, pekerjaan yang mendukung pelestarian lingkungan atau dikenal sebagai green jobs semakin diminati. International Labour Organization (ILO) mendefinisikan green jobs sebagai pekerjaan yang berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan melalui aktivitas yang ramah lingkungan (ILO, 2020). Indonesia, dengan kekayaan sumber daya alamnya, memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam ekonomi berkelanjutan. Namun, kesiapan tenaga kerja menjadi tantangan utama. Di sinilah peran Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menjadi sangat strategis. Dengan pendidikan yang berbasis keterampilan, SMK memiliki potensi besar untuk mencetak tenaga kerja yang siap mendukung transisi ke ekonomi hijau.

1. Mengapa green jobs penting?

Green jobs bukan hanya tentang melindungi lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang kerja baru. Menurut laporan ILO (2020), transisi ke ekonomi hijau dapat menciptakan 24 juta pekerjaan global pada 2030. Sektor seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah, dan pertanian berkelanjutan menjadi area dengan pertumbuhan paling cepat. Di Indonesia, komitmen pemerintah untuk mencapai net zero emissions pada 2060 semakin membuka peluang bagi lulusan yang memiliki keterampilan di bidang ini.

2. Peran SMK dalam Mencetak Tenaga Kerja Hijau

SMK memiliki fleksibilitas kurikulum yang memungkinkan integrasi keterampilan berbasis green jobs. Misalnya, program keahlian Teknik Energi Terbarukan dan Agribisnis Tanaman Pangan telah diperkenalkan di beberapa SMK. Kurikulum ini tidak hanya mengajarkan teori tetapi juga praktik langsung, seperti instalasi panel surya atau pengelolaan limbah organik.

Di Jawa Tengah, salah satu SMK telah memulai program pelatihan energi surya yang bekerja sama dengan perusahaan lokal. Program ini memberikan siswa pengalaman langsung sekaligus membuka peluang kerja di sektor energi terbarukan. Model seperti ini perlu direplikasi secara nasional untuk menjawab kebutuhan tenaga kerja hijau yang terus meningkat.

3. Dukungan Teknologi Pendidikan

Teknologi pendidikan memainkan peran penting dalam mendukung pembelajaran berbasis green jobs. Misalnya, penggunaan simulasi berbasis perangkat lunak dapat membantu siswa memahami konsep energi terbarukan atau sistem pengelolaan limbah tanpa harus bergantung sepenuhnya pada infrastruktur fisik. Selain itu, platform e-learning memungkinkan siswa di daerah terpencil untuk mendapatkan akses ke pelatihan keterampilan hijau.

4. Tantangan dan Solusi

Meski potensinya besar, pendidikan berbasis green jobs di SMK menghadapi sejumlah tantangan. Salah satunya adalah kurangnya fasilitas dan tenaga pengajar yang kompeten. Pemerintah perlu berinvestasi dalam pelatihan guru dan penyediaan alat belajar modern. Selain itu, stigma bahwa SMK adalah pilihan kedua harus diubah melalui kampanye kesadaran masyarakat. Dukungan kebijakan, seperti insentif bagi perusahaan yang bermitra dengan SMK, juga diperlukan untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan green jobs.

SMK memiliki peran strategis dalam mencetak tenaga kerja yang mendukung ekonomi berkelanjutan. Dengan integrasi keterampilan green jobs, dukungan teknologi pendidikan, dan kolaborasi dengan dunia industri, SMK dapat menjadi garda terdepan dalam transisi menuju ekonomi hijau. Untuk itu, investasi dalam pendidikan vokasi harus menjadi prioritas nasional.

Sebagai masyarakat, kita juga perlu mendukung lulusan SMK dengan membuka lebih banyak peluang di sektor hijau. Seperti yang dikatakan oleh Ban Ki-moon, "Saving our planet, lifting people out of poverty, advancing economic growth... these are one and the same fight. We must connect the dots between climate change, water scarcity, energy shortages, global health, and food security" (Ban Ki-moon, 2014).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun