Terima Kasih....
Engkau mengajari kami bagaimana mendengar kritik pedas tanpa harus merasa galau. Engkau mengajari kami bagaimana harus terus melangkah di jalan ini tanpa keraguan, meski seringkali kami harus mendengar kata-kata yang kurang pantas. Sungguh, ini semua adalah pelajaran yang sangat berharga bagi kami...
Terima Kasih....
Engkaulah penyebab lahirnya pendisiplinan diri, agar tidak hanyut oleh pujian para pemuji. Sungguh Allah mengirim kalian sebagai penyeimbang. Agar kami tidak tertipu oleh pujian yang berlebihan. Mungkin engkau melihat kami dari sisi yang lain atau sejatinya engkau melihat kebaikan tapi engkau buat ia jadi buruk, entahlah..
Terima kasih....
Engkau telah mencela lisan-lisan pembela kebenaran, menyerangnya yang karenanya mengobarkan semangat pembelaan yang hebat bagi kami
Terima kasih...
Sungguh... engkau telah mengasah semangat, menciptakan tantangan, membuka arena, dan menggelar kompetisi. Hingga kami benar-benar terobsesi untuk memenangkan kompetisi ini..
Terima kasih...
Engkaulah yang menempah kami untuk terus bersabar, tabah dalam menghadapi cacian, dan berlatih membalas keburukan dengan kebaikan..
Terima kasih....
Kadang,, timbangan kebajikan seseorang kelak bukan hanya buah dari amal shalih yang dilakukan tapi juga merupakan buah dari kesabaran dan buah dari sikap memaafkan...
Terima kasih...
Walau aku sadar betul bahwa sebagian dari kata-kata ini membuatmu tidak berkenan bahkan menyesakkan hatimu. Tapi sungguh bukan itu niatku. Sejujurnya saya katakan, engkau adalah teman ku, engkau saudaraku, sekalipun terdapat perbedaan diantara kita. Kalau saja kita mau melihat titik persamaan, cukup banyak yang bisa kita temukan..
Terima Kasih...
Para cerdik pandai kita dulu pernah berpesan :
Jika bukan karena nyala api yang membakarnya
Aroma harum kayu gaharu takkan ada yang tau
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H