Demonstrasi seringkali diidentikkan dengan suatu perlawanan atas ketidakadilan. Berbondong-bondong memenuhi jalan raya untuk menyuarakan suara yang dianggap tersumbat. Salah satu jalan agar sebuah tujuan tercapai. Namun, perlawanan terhadap ketidakadilan ternyata bisa dilakukan dengan banyak cara. Di era IT ini, perlawanan tersebut dapat dengan menyebar gambar (foto) yang melambangkan suatu cita-cita. Senjata utama dalam perlawanan foto ini, yakni photoshop (atau softwere sejenis lainnya) dan jaringan internet. Tokoh yang dianggap layak dilawan “difoto” sedemikian rupa dengan cara sarkas. Tak ada jalan eufemisme dalam kritik dengan gambar foto ini. Kocak, kritis, dan menusuk merupakan ciri dari perlawanan ini. Inilah senjata mematikan disamping kata yang akan terus menghantui para musuh bersama. Tokoh di negeri ini mayoritas sudah pernah mengalami jadi bulan-bulanan perlawanan gambar. Terutama pejabat negara, mereka seringkali jadi obyek kritik, termasuk Presiden SBY. Ia dihajar habis dengan berbagai jenis foto hasil editing dengan softwere photoshop atau sejenisnya. Berbagai tema ditampilkan untuk menegaskan kritik kepada presiden. Tak ketinggalan juga Gayus Tambunan. Berbagai pose tersebar di internet. Mulai dari memakai wig blonde, menonton sepakbola bareng presiden, hingga jadi model crop circle. Ketua Umum PSSI Nurdin Halid pun tak luput dari serangan kritikus. Berbagai gambar tentang dirinya bermunculan di internet. Seperti halnya Gayus, dia juga jadi obyek crop circle. Bahkan, kedua orang ini “dinobatkan” jadi pasangan capres-cawapres untuk 2014-2019.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H