Pagi ketika buka Kompasiana saya langsung kaget dengan artikel pada headline: (Cermin Orang Dangkal) Besoes: Pemain Asing di LPI Cuma Kuli Cangkul. Apa benar ini pernyataan seorang Sekjen organisasi besar seperti PSSI? Apa benar ini pernyataan seorang yang layak masuk Guinness Book of World Records atas “prestasinya” menjadi Sekjen terlama di dunia? Awalnya saya masih ragu, tapi kemudian yakin karena banyak media yang menulis hal serupa.
Kemudian saya merenung dalam. Pernyataan Nugraha Besoes seolah-olah merendahkan mereka yang berprofesi sebagai tukang cangkul. “Besoes: Pemain Asing di LPI Cuma Kuli Cangkul” memunyai makna adanya kekerasan (perendahan) profesi kuli cangkul. Pengonotasian pemain asing di LPI dengan tukang cangkul seolah-olah menyatakan, profesi tukang cangkul rendah derajatnya.
Apakah benar begitu keadaanya? Coba kita balik pernyataan NB dalam konteks pengurus PSSI sekarang. Berbagai kasus dugaan korupsi menimpa beberapa pengurus PSSI sekarang. Mereka diduga terlibat dalam beberapa aksi yang mencederai sportivitas. Salah satunya kasus dugaan korupsi dana bantuan sosial 2007-2008 di Persisam Samarinda. Juga kasus lainnya yang jadi liputan investigasi Majalah Tempo.
Kegigihan mereka dalam mempertahankan jabatan juga layak jadi refleksi analogi dengan tukang cangkul. Mereka gigih bukan karena ingin memperjuangkan kemajuan sepakbola nasional. Banyak dilatarbelakangi untuk kepentingan tertentu saja. Contohnya, terpidana masih bisa juga jadi Ketum PSSI. Ini salah satu “prestasi” besar juga yang layak masuk Guiness Books of World Records.
Dengan sedikit fakta di atas, kiranya NB berkaca dulu kepada tukang cangkul sebelum berkomentar. Apa benar penguruys PSSI sekarang lebih terhormat dari tukang cangkul? Tukang cangkul kedudukannya sangat terhormat. Mereka bekerja memeras keringat demi keluarga tanpa melakukan intrik. Karena itu, analogi pengurus PSSI dengan tukang cangkul bukan hal setara, sangat tak layak untuk sebuah preferensi. Apakah pengurus PSSI lebih terhormat dari "perusak" negara?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H