Mohon tunggu...
Arief Santoso
Arief Santoso Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Pekerja Lepas

Peserta BPJS tanpa Ketenagakerjaan, sebab semu dengan status pekerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Potensi, Passion, dan Praktik

5 Agustus 2024   16:17 Diperbarui: 16 Agustus 2024   11:18 346
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Potensi dan passion ternyata bisa kita kelola. Waktu aja bisa, masih yang ada di dalam diri enggak bisa." -- Utomo, pelaku seni berbicara di Jawa Tengah.

Ngobrolin potensi dan passion lebih menarik ketika kita kenal apa yang kita sering lakukan. Satu contoh, senang jalan-jalan, senang travelling atau senang mengoleksi foto idola kita.

Satu sisi, itu pertama kali kita mengetuk pintu potensi kita. Namun, sisi lainnya bisa lebih asyik lagi; menemukan kesenangan yang bisa memenuhi kebutuhan. Contohnya apa tuh? Coba kita gali dulu.

Manusia, pada dasarnya punya ketertarikan dan keinginan. Keduanya punya pengorbanan agar tercapai. Tapi, sayangnya kita lupa dengan poin awal, karena belum ada kemungkinan akurat keinginan bisa datang sendiri.

Manusia, lagi-lagi kita suka terjebak akan keinginan dan ketertarikan. Kita hidup hanya memfokuskan pada kedua kata itu, tetapi untuk mengendarai yang masih banyak kesulitan. Misal, mau jalan ke JIS atau Monas, kita perlu jalan ke stasiun atau terminal terdekat. Kemudian, jalan kaki untuk sampai ke lokasi. Belum lagi ada kebutuhan mendadak, seperti ingin mampir atau jajan di pedestrian.

Nah, dari situ saja kita sudah tahu; ada potensi dan passion yang mengitari hidup kita, tapi kadang kita tertutup kedua kata yang sering jadi motivasi hidup. Heuheuheu.

Mencintai Langkah, Menemukan Arah

Ya, intermezzo yang asyik. Kenapa banyak yang suka berjalan kemudian bertemu banyak orang, lalu bertukar gagasan dan menjadi kenyataan? Sempat berpikir, "semudah itu?" Tapi, sepertinya aku menemukan jawabannya.

Kebayoran-Matraman rupanya cukup jauh, menikmatinya menjadi penawar bahkan saat menepi di depan toko buku. Tak sengaja, melihat penulis keren memasuki toko buku, dan orang itu adalah yang selalu aku ikuti refreshing treatment-nya di kanal Instagram.

Memasuki ruangan, membaca beberapa buku yang lagi diobrolin di ruangan khusus, aku menemukan banyak insight yang membuka pemikiran. Tentang uang, tentang sejarah, tentang public policy dan estetika penyampaian coba aku susun dalam buku saku.

Ruang Riuh Penuh Eksplorasi

Tepat di angka 15:15, duduk paling belakang menyempil di pintu masuk, aku coba perhatikan teknik-teknik asyik mengendarai potensi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun