Sebagai kecamatan dengan penduduk paling padat di Rokan Hilir dan pertumbuhan perekonomian paling pesat, Bagansinembah perlu penataan yang lebih baik. Karena itu berbagai upaya dilakukan Camat Hadiyono, dan saat ini sedang disusun rencana tata ruang kecamatan.
Meski nada bicara Hadiyono SH, camat Bagansinembah, datar saja, tak meledak-ledak, tapi optimisme tergambar jelas dalam setiap kata yang meluncur dari bibirnya. Ia bertutur panjang lebar tentang berbagai hal, terutama kondisi kekinian dan proyeksi masa depan Bagansinembah.
Sabtu pagi (24/11/2012) bertempat di restoran Platinum Water Park, Baganbatu yang adem dan asri, kami sengaja menghadirkan Hadiyono sebagai pembicara dalam PRo Education Public. Inilah kegiatan bulanan yang sengaja kami gelar untuk mendekatkan Posmetro Rohil dengan berbagai kalangan, sekaligus menyerap ide-ide brilian untuk kemudian kami informasikan kepada masyarakat.
Hadiyono mengatakan, dari tahun ke tahun pertumbuhan ekonomi dan pembangunan di Bagansinembah meningkat sangat pesat. Pertumbuhan ekonomi ini tentu saja, antara lain sebagai buah dari berkembangnya perkebunan, khususnya kelapa sawit, di Bagansinembah dan daerah-daerah lain di Rokan Hilir yang berdekatan dengan kecamatan ini.
Ibarat gula yang selalu yang dirubungi semut, dampak pertumbuhan ekonomi yang sangat pesat itu membuat Bagansinembah, utamanya ibukota kecamatannya, Baganbatu, menjadi salah satu kota paling memikat bagi para perantau untuk mengadu nasib. Maka ramailah orang berdatangan ke kota ini dan berbagai kegiatan ekonomi tumbuh dan berkembang di Baganbatu.
Berdasarkan Sensus Penduduk tahun 2010 (SP 2010), jumlah penduduk Kecamatan Bagansinembah tercatat sebanyak 132.200.000 jiwa, terdiri dari 67.700 jiwa laki-laki dan 64.500 jiwa. Dengan demikian, Bagansinembah merupakan kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Rokan Hilir. Hampir dua kali lipat Kecamatan Bangko yang berpenduduk 82.500 jiwa. Padahal, di Kecamatan Bangko terdapat Bagansiapiapi yang merupakan ibukota Kabupaten Rokan Hilir.
Dalam laporan resmi Hasil Sensus Penduduk 2010, seperti dikutip dari situs rohilkab.bps.go.id, disebutkan, ''Distribusi penduduk di Kabupaten Rokan Hilir masih bertumpu di Kecamatan Bagansinembah yakni sebesar 23,94 persen, kemudian diikuti oleh Kecamatan Bangko sebesar 14,95 persen, dan Kecamatan Pujud sebesar 11,48 persen. Walaupun Bagansinembah bukan ibukota kabupaten, namun distribusi penduduknya menempati urutan pertama dibandingkan yang bertempat tinggal di Kecamatan Bangko yang merupakan ibukota kabupaten.''
Akibat padatnya jumlah penduduk di Kota Baganbatu dan terus berkembangnya aktivitas perekonomian di sana, makin lama kondisi kota itu terlihat seperti makin semrawut. Hadiyono sendiri terus terang mengakui, kondisi Kota Baganbatu sebagai ibukota Kecamatan Bagansinembah, saat ini memang belum tertata dengan baik.
Karena itulah, katanya, saat ini sedang diupayakan untuk membuat Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Kecamatan Bagansinembah. ''Ada beberapa kecamatan di Rohil ini yang sedang disusun dan dibahas rencana tata ruangnya, salah satunya Kecamatan Bagansinembah. Kalau nanti sudah ada RUTR, maka Bagansinembah dan khususnya Kota Baganbatu akan lebih tertata dengan baik dan tentu juga lebih nyaman,'' katanya.
Menurut Hadiyono, dalam rencana tata ruang itu nantinya Bagansinembah akan dibagi dalam beberapa zona. Ada zona perdagangan, pemukiman, zona jasa, pendidikan dan sebagainya. Dengan demikian, nantinya jika investor yang hendak melakukan pembangunan maka harus sesuai dengan peruntukan tata ruang di kawasan tersebut. Tak bisa lagi sembarangan.
Dalam kesempatan diskusi yang hampir satu jam setengah itu, selain tentang perkembangan ekonomi yang meningkat pesat, Camat Hadiyono juga banyak berbicara tentang kondisi keamanan dan sosial kemasyarakatan di Bagansinembah. Menurutnya, kondisi Kabupaten Rokan Hilir, termasuk Bagansinembah, sangat kondusif. Masyarakatnya hidup rukun dan damai, meskipun beragam suku, agama dan budaya.
''Alhamdulillah, sampai saat ini daerah kita aman dan tentram. Tak ada konflik. Kalau ada masalah-masalah sosial, biasanya kita akan upayakan selesaikan secara sosial pula, menggunakan adat istiadat yang berlaku di masyarakat kita. Tidak langsung ke jalur hukum, kecuali untuk masalah-masalah yang terkait dengan pidana, tentu harus dibawa ke jalur hukum,'' katanya.***