Mohon tunggu...
Arief Pratomo M
Arief Pratomo M Mohon Tunggu... Human Resources - Saya Menulis Maka Saya Ada

Hanya seorang yang ingin menulis untuk menyadari kehadirannya

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Ikut Coaching atau Konseling, ya?

29 April 2020   07:30 Diperbarui: 29 April 2020   07:40 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: keenepsychotherapytraumarecoveryservices.com

1. Coaching

  • Klien yang datang kepada seorang coach biasanya memiliki masalah-masalah yang terkait dengan keterampilan dan kemampuan terhadap suatu hal sesuai dengan tujuan klien 
  • Proses dilakukan bertujuan untuk mencapai tujuan hidup tertentu dengan cara meningkatkan pertumbuhan seorang klien yang memiliki kesulitan emosional
  • Pada proses coaching, klien dibantu untuk menetapkan tujuan dengan merumuskan rencana mengenai perubahan gaya hidup, memperbaiki manajemen waktu, berkomunikasi dengan kerja dan lain-lain.
  • Seorang coach akan menggali potensi-potensi diri yang ada dari seorang klien untuk melihat adakah yang perlu dikembangkan dari potensi-potensi tersebut untuk menunjang tujuan hidup klien.
  • Seorang coach akan menyampaikan pengalamannya dalam membantu klien walaupun tetap berusaha agar klien menemukan tujuan dan caranya sendiri dalam mencapai tujuannya.

2. Konseling

  • Klien yang datang kepada konselor adalah klien-klien yang mengalami hambatan psikologis seperti kecemasan, stress, depresi, trauma dan lain-lain yang bisa menghambat proses hidupnya.
  • Proses dilakukan dengan cara menggali kembali masalah-masalah yang berkaitan dengan emosi, kognitif, dan perilaku klien.
  • Pada proses konseling, seorang konselor tidak boleh menyampaikan mengenai pengalamannya untuk mengarahkan jalan keluar yang akan diambil oleh klien.
  • Dilakukan oleh seorang konselor yang meiliki latar belakang pendidikan kesehatan mental (BK, Konseling, psikologi)
  • Dapat melakukan asessement dasar psikologi untuk melihat sejauh mana masalah psikologis yang sedang dihadapi.

Untuk lebih jelasnya misalnya kita ambil sebuah kasus masalah peningkatan karir seorang karyawan. Apabila klien datang karena mengeluh sulit mendapatkan promosi karena tidak mampu menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu, sering terlambat datang ke kantor, komunikasi yang digunakan dirasa oleh orang lain terlalu blak-blakan, tidak percaya diri, sering gugup saat presentasi maka tepatlah ia datang ke seorang Coach. 

Namun jika seorang klien mengeluh sulit bekerja dengan baik karena selalu gemetar saat datang ke kantor, sulit untuk berinteraksi dengan lawan jenis karena trauma, selalu menilai diri sendiri sebagai orang yang pantas disalahkan, bepfikir bahwa semua rekan kantornya benci dengan dirinya dan tidak bisa fokus karena stress terhadap masalah dengan pasangannya di rumah maka seharusnya dia datang ke seorrang konselor.

Foto: keenepsychotherapytraumarecoveryservices.com
Foto: keenepsychotherapytraumarecoveryservices.com
Jadi proses coaching dan konseling adalah proses yang sama-sama penting dan berguna dalam membantu seseorang menyelesaikan masalah dan memenuhi tujuan hidupnya. Namun yang perlu diingat adalah sejauh mana permasalahan yang saat ini sedang dihadapi oleh klien. 

Sesorang klien harus mengenal tingkat masalahnya seperti apa apakaah ini berkaitan dengan masalah psikologis seperti stres, trauma, cemas atau depresi maka terlebih dulu dia harus menemui seorang konseling karena apapun tujuan yang dibuat selama proses Coaching akan menjadi sisa-sia jika masalah-masalah psikologis belum terselesaikan. 

Namun apabila tidak ada masalah psikologis yang mengganggu dirinya dalam rangka mencapai tujuan dan kualitas hidup yang lebih baik maka seseorang dapat langsung mencari seorang Coach yang akan membantu merumuskan dan mewujudkan tujuan hidupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun