Nilai tukar rupiah ditetapkan mengalami pelemahan sebesar 46 poin atau 0,30 persen dari perdagangan sebelumnya. Kurs referensi Bank Indonesia (BI), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) mencatat rupiah berada di posisi Rp15.760 per dolar AS. Pelemahan kurs atau mata uang juga terjadi di berbagai negara, seperti yang terjadi di Asia yang dominan melemah.
Tercatat dengan won Korea Selatan yang melemah 0,02 persen, peso Filipina minus 0,03 persen, baht Thailand minus 0,07 persen, dan ringgit Malaysia 0,21 persen. Kemudian dolar Singapura melemah 0,13 persen dan yuan China minus 0,15 persen. Namun di sisi lain yen Jepang menguat sekitar 0,05 persen dan dolar Hong Kong juga menguat di angka plus 0,02 persen. Sementara itu, mata uang negara maju bergerak bervariasi. Poundsterling Inggris menguat 0,08 persen, euro Eropa yang menguat 0,05 persen, dan dolar Kanada naik menjadi 0,03 persen. Sedangkan dolar Australia melemah 0,26 persen dan franc Swiss minus 0,14 persen.
Amerika Serikat memiliki dampak yang signifikan terhadap ekonomi dan nilai tukar global. Kebijakan politik seperti keputusan suku bunga, kebijakan perdagangan, sanksi ekonomi, hingga perubahan undang-undang, dapat memengaruhi stabilitas pasar internasional. Kenaikan suku bunga di AS dapat meningkatkan nilai dolar, membuat investasi di negara-negara berkembang menjadi lebih mahal dan memicu aliran modal kembali ke Amerika. Hal ini bisa menyebabkan pelemahan mata uang negara-negara lain dan peningkatan biaya impor mereka.
Selain itu, kebijakan perdagangan seperti tarif atau pembatasan impor dan ekspor, juga bisa menekan sektor-sektor ekonomi di berbagai negara, memengaruhi arus barang, dan bahkan menyebabkan ketidakstabilan harga. Konflik geopolitik, seperti perang dagang atau sanksi internasional, seringkali menciptakan ketidakpastian pasar yang dapat menekan investasi global dan membuat nilai tukar lebih fluktuatif.
Dalam skala global, kebijakan politik negara besar seperti Amerika Serikat sering kali menjadi acuan bagi pelaku pasar, memengaruhi keputusan investasi dan memicu reaksi di pasar keuangan yang berdampak luas pada ekonomi dan kurensi di seluruh dunia. Dolar Amerika tidak lagi relevan karena ketergantungan dunia terhadap dolar memberikan Amerika Serikat keuntungan besar dalam mengatur kebijakan ekonomi global. Seiring berjalannya waktu di beberapa negara, terutama Cina dan Rusia telah mencari alternatif dengan mendorong penggunaan mata uang mereka dalam perdagangan internasional, bahkan membangun aliansi yang mengurangi dominasi dolar. Karena ketidakstabilan Dolar Amerika terus menimbulkan risiko bagi negara-negara lain terutama bagi negara negara berkembang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H