Sudah sejauh mana peran kesarjanaan ini kau jejaki?
Pertanyaan ini selintas muncul di benak saya, ketika laman facebook menunjukkan kembali kenangan yang saya unggah dua tahun lalu. Tepatnya 6 Oktober 2019. Bulan Oktober tahun ini, menandai dua tahun kesarjanaan. Dua tahun pula gelar ini saya sandang. Dua tahun berlalu menyandang gelar kesarjanaan, sudah sepatutnya mampu mewakafkan diri bagi pengembangan keilmuan dan kontribusi penuh pada masyarakat dengan bekal ilmu dan kearifan yang telah dipelajari di perguruan tinggi.
Namun, kiranya belum banyak peran, posisi, dan kontribusi yang diberikan.
Usia dua tahun kesarjanaan jika diibaratkan usia anak, dua tahun ini adalah usia sedang "asyik-masyuk" nya berjalan sesekali berlari, mengendalikan emosi, serta menunjukkan kemandirian. Indikasi perkembangan ini, saya maknai sebagai upaya meneguhkan sikap atas "jalan" yang ditentukannya dalam hidup. Berlari menapaki kearifan, mampu matang dari segi emosi dan mandiri.
Sikap kesarjanaan ini mengejawantah dalam budi baik perilaku yang terefleksikan setiap hari. Sikap dan sifat kesarjanaan harus terus tumbuh dalam kesadaran manusia sepanjang hayatnya. Kesadaran manusia dibentuk sekurang-kurangnya berdasarkan tiga prasyarat; refleksi atas pengalaman kehidupan, pengembaraan intelektual, dan dasar pemahaman yang terbuka.
Sejatinya kesarjanaan adalah sikap intelektual yang berpihak pada oposisi ilmu pengetahuan, keteguhan institusi, dan kerja pengabdian pada khalayak banyak.
Kesarjanaan pula ditandai dengan tak henti-hentinya belajar sepanjang hayat. Tidak merasa puas terhadap capaian pengetahuan, senantiasa menggali nilai etis universalis, serta membangun jejaring dan relasi silaturahmi antar-inter-trans disiplin keilmuan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H