Mohon tunggu...
Arief Nurharyadi
Arief Nurharyadi Mohon Tunggu... Sales - Suka membaca dan berandai-andai

Baca/Iqro tidak hanya membaca yang Tertulis tetapi juga membaca yang TIDAK Tertulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Dapatkah Sholat dan Haji = Musyrik?

11 Mei 2022   18:47 Diperbarui: 21 April 2024   20:54 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://stock.adobe.com/images/hajj-pilgrimage-islamic-prayer-in-macca-illustration-vector-cartoon/218000438

Sholat lima waktu sehari sebagai kewajiban umat nabi Muhammad SAW merupakan sarana yang baik dalam beribadah kepada Allah SWT, 

Bukan berarti kalo orang yang sudah sholat maka jaminan kebaikan karena ada orang yang berpendapat buat apa sholat kalo masih menyakiti orang lain seperti fitnah,korupsi, zolim dan lain sebagainya akan tetapi kita harus menyadari bahwa sholat adalah Ikhtiar kita bukan tujuan kita karena hasilnya nanti adalah terserah Allah SWT sehingga kita dapat memaknai ibadah bukan hanya dalam lingkup pahala dan dosa saja.

Ada orang yang berpendapat bahwa buat apa sholat jika masih Korupsi, berlaku zolim dan lain sebagainya lebih baik orang yang tidak sholat tetapi output/ hasilnya baik kepada manusia seperti jujur, integrasi, rendah hati, adil dan lain sebagainya. 

Idealnya dalam hubungan manusia dengan Allah dan juga hubungan manusia dengan manusia adalah baik keduanya. Adalah "pincang" ketika kita hanya membandingkan salah satu hubungan tersebut dan era sekarang manusia lebih fokus kepada dirinya sendiri (Ego) dimana yang sholat fokus kepada dirinya dan Allah dan orang luar melihat kebaikan hanya fokus kebaikan untuk manusia atau mahluk lain saja tidak di integrassikan kepada penciptaNya.

Islam sebagai agama seimbang tidak hanya fokus kepada ibadah ke Tuhan YME tetapi juga sangat banyak ibadah yang berdimensi sosial, salah satunya mungkin juga dapat dipertimbangkan masukan tentang Haji bersekutu dengan setan oleh Prof.Dr. Ali Mustafa Yaqub mantan Imam Besar mesjid Istiqlal yang menyindir orang yang gemar naik haji berulang-ulang sebagai 'pengabdi setan'.

Menurut Ali Mustafa tak ada satu pun ayat yang menyuruh umat Islam melaksanakan haji berkali-kali, sementara masih banyak kewajiban agama yang harus dilakukan. Seperti menyantuni anak yatim, memberi makan fakir miskin, berkeadilan dan lain sebagainya.

Kita selalu bershalawat kepada nabi Muhammad SAW akan tetapi apakah hal itu saja cukup dan apakah haji kita itu mengikuti Nabi SAW ? Kapan Nabi SAW memberi teladan atau perintah seperti itu? Atau sejatinya kita mengikuti bisikan setan melalui hawa nafsu, agar di mata orang awam kita disebut orang luhur ? Apabila motivasi ini yang mendorong kita, maka berarti kita beribadah haji bukan karena Allah, melainkan karena setan," dan ini dapat di katagorikan "musyrik" ?.

Hadis qudsi riwayat Imam Muslim menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi orang sakit, orang kelaparan, orang kehausan, dan orang menderita. Nabi SAW tidak menyatakan bahwa Allah dapat ditemui di sisi Ka'bah.

"Jadi, Allah berada di sisi orang lemah dan menderita. Allah dapat ditemui melalui ibadah sosial, bukan hanya ibadah individual. Kaidah fikih menyebutkan, al-muta'addiyah afdhol min al-qashirah (ibadah sosial lebih utama daripada ibadah individual)," tulis Ali Mustafa.

Menurut dia, jumlah jamaah haji Indonesia yang tiap tahun di atas 200.000 sekilas menggembirakan. Namun, bila ditelaah lebih jauh, kenyataan itu justru memprihatinkan, karena sebagian dari jumlah itu sudah beribadah haji berkali-kali. Boleh jadi, kepergian mereka yang berkali-kali itu bukan lagi sunah, melainkan makruh, bahkan haram.

Kita belum 'Thawaf' ke sekeliling lingkungan kita, kemungkinan masih banyak dhuafa, anak yatim piatu ataupun kemungkaran yang meraja lela. Nabi Ismail A.S dan Nabi Ibrahim A.S menjadi salah satu pedoman dalam berhaji dan itu juga pedoman kita dalam membentuk keluarga yang sakinah dimana keluarga tersebut menjadi panutan hingga tiap tahun kita adakan perayaan idul Adha untuk memaknainya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun