Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Transformasi SKK Migas, Kunci Keberhasilan Beroperasinya Blok Masela

17 Juni 2019   08:42 Diperbarui: 17 Juni 2019   08:57 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Penandatanganan "Head of Agreement" (HOA) pengembangan lapangan hulu migas Abadi di Blok Masela, di Kepulauan Tanimbar, Maluku  tanggal 16 Juni 2019o oleh Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto dengan Shunichiro Sugaya, President Direktur INPEX Indonesia yang disaksikan oleh Ignasius Jonan, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia, Hiroshige Seko, Menteri Ekonomi, Perdagangan dan Industri (METI) Jepang, dan Takayuki Ueda, CEO dan Presiden Direktur INPEX Corporation, memiliki beberapa catatan penting yang akan merubah landscape strategi pembangunan di Indonesia dimasa mendatang.

Pertama : Setelah hampir 20 tahun sejak ditemukannya lapangan migas di Masela tahun 2000 atau sejak Presiden Gus Dur sampai Presiden SBY, potensi luar biasa tersebut belum dapat dieksekusi dengan baik. 

Jika melihat masa Pemerintahan Gus Dur dan Megawati yang pendek, maka di era SBY yang 2 periode kepemimpinan juga belum mampu merealisasikan potensi menjadi lapangan gas yang berproduksi. 

Kompleksivitas Blok Masela memang membutuhkan pimpinan negoisasi yang menguasai dunia perminyakan, memiliki integritas dan rekam jejak yang mumpuni serta capaian prestasi dalam memimpin sebuah korporasi/kelembagaan.

Kedua : Penandatanganan HOA di acara G-20 Summit atau pertemuan para pemimpin negara dengan 20 negara yang memiliki GDP terbesar di dunia ditengah perang dagang antara USA dan China, serta sentiment negatif yang dibangun dalam narasi-narasi politik bahwa perekonomian Indonesia dimasa mendatang akan dibanjiri investasi dari negara China, momen penandatanganan di G-20 Summit yang diselenggarakan di Karuizawa Jepang, menunjukkan investasi di Indonesia terbuka bagi negara manapun di dunia sepanjang memberikan keuntungan yang maksimal bagi Indonesia. 

Bahkan dengan investasi sd US$ 20 miliar akan menjadi investasi terbesar negara Jepang di luar negeri dalam 5 tahun terakhir.  Ini juga menegaskan posisi Indonesia yang sangat penting bagi negara Jepang. Bagi Indonesia, dalam hal ini SKK Migas menunjukkan bahwa lembaga ini bersifat fair tidak melihat dinamika politik antar negara, tetapi lebih mengedepankan aspek kemanfaatan dan keberlangsungan investasi untuk Indonesia. Kebuntuan pembahasan yang pernah terjadi yang mungkin saja dibumbui dengan isu-isu politik antar negara menjadi sirna, karena SKK Migas bekerja penuh profesionalisme, transparan, akuntabilitas untuk mewujudkan kepentingan negara Indonesia agar memperoleh manfaat yang terbaik.

Ketiga : Tren investasi asing di Indonesia yang dalam beberapa tahun terakhir menguat di sektor ritel, infratruktur dan konsumerisme atau sektor yang padat tenaga kerja dan impor produk asing, yang mana sektor tersebut sebagian besar akan bersaing dengan pelaku usaha dalam negeri yang sudah lebih dahulu eksis sehingga memunculkan sentiment negatif yang dijadikan narasi politik keberpihakan, maka keberhasilan SKK Migas menandatanganai HOA untuk blok Abadi Masela maka akan mendorong investasi asing untuk masuk ke sektor hulu Migas yang padat modal dan padat teknologi, sehingga aliran Foreign Direct Investment (FDI) yang akan menjadi multiplier effect ekonomi di Indonesia akan mengalir deras dan memberikan dampak positif bagi ekonomi nasional.

Keempat : Sektor Migas perlahan namun pasti akan bergeser dari menjadi beban Pemerintah menjadi penopang kinerja ekonomi Pemerintah. Impor BBM yang luar biasa dan menyebabkan defisit neraca perdagangan Indonesia semakin melebar serta menyebabkan tekanan kurs, perlahan sektor Migas yang utamanya ditopang sektor Gas akan menjadikan neraca Migas menjadi positif, sehingga Migas tidak lagi menjadi beban bagi negara.

Kelima : Transformasi di SKK Migas yang seolah-olah tenggelam kelembagaannya setelah gugatan Mahkamah Konstitusi yang berujung pembubaran BP Migas dan dibentuk kembali SKK Migas. 

Keberadaan SKK Migas menjadi seolah-olah lembaga yang "menunggu pensiun" semata, sehingga dalam perjalanannya SKK Migas saat itu lebih fokus pada aspek operasional semata. 

Tidak terlihat semangat untuk berperan lebih besar. Ini pula yang menyebabkan mangkraknya negoisasi di Masela yang seolah-oleh kelambanan Pemerintah, padahal dalam konteks ini dari SKK Migas dimasa tersebut juga berkontribusi besar, karena yang harusnya menjadi panglima dan bahkan menyetujui/menandatangani adalah SKK Migas, pihak Pemerintah dalam hal ini Menteri ESDM hanyalah menyaksikan. 

Karena dalam struktur SKK Migas memang Menteri ESDM adalah Ketua Badan Pengawas SKK Migas bersama dengan Menteri Keunganan, Kapolri, Menteri LHK dan lainnya yang menjadi anggota pengawas.

Sumber : SKK Migas
Sumber : SKK Migas
Tentu saja penandatanganan HOA Masela antara SKK Migas dengan Inpex Indonesia barulah permulaan, karena ada proyek besar lainnya yang menunggu sentuhan SKK Migas, dalam hal ini Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto untuk dapat segera dijalankan, negoisasi yang macet dan mangkrak tersebut tentu akan menjadi prioritas SKK Migas. 

Tercatat selain lapangan Blok Abadi Masela, ada proyek besar lainnya seperti : Indonesia Deep Development (IDD) dengan KKKS utama adalah Chevron (perusahaan Amerika Serikat) Estimasi produksi proyek ini sebesar 1.120 juta kaki kubik per hari (million standard cubic feet per day/mmscfd) untuk gas dan 40.000 barel per hari (bph) untuk minyak. Biaya pengembangan diperkirakan sebesar US$ 5 miliar. Kemudian Tain 3-Kilang Tangguh.

Yang ketiga yakni Train-3 Kilang Tangguh, dijadwalkan beroperasi pada 2020. Proyek yang dikerjakan oleh BP Berau Ltd ini (perusahaan Inggris) Proyek Train-3 Kilang Tangguh ini memiliki biaya pengembangan sebesar US$ 8 miliar, dan diperkirakan mampu menghasilkan gas sebesar 700 mmscfd. Selanjutnya Proyek Jambaran-Tiung Biru diperkirakan akan menghasilkan gas sebesar 190 mmscfd. Biaya pengembangan proyek ini diestimasikan US$ 1,55 miliar. Lalu Blok Corridor dan Lapangan Jangkrik blok Bakau

Pengembangan hulu migas di Masela diharapkan dapat memberikan kontribusi tambahan produksi Gas Bumi sekitar ekuivalen 10,5 juta ton (mtpa) per tahun (sekitar 9.5 juta ton LNG per tahun dan 150 mmscfd Gas Pipa), dengan target onstream di tahun 2027.

Terlepas dari semua hal diatas, ada satu hal yang terkadang publik lupa. Bahwa keberhasilan SKK Migas saat ini adalah karena insting yang luar biasa dari Presiden Jokowi yang menunjuk Dwi Soetjipto sebagai Kepala SKK Migas. Sosok Dwi Soetjipto yang terlempar dari kursi Dirut Pertamina ketika dicopot oleh Menteri BUMN Rini Suwandi diawal 2017 saat berhasil membawa Pertamina lepas dari krisis dan untuk pertama kalinya mengalahkan Petronas dari sisi laba di tahun 2016. 

Langkah Presiden Jokowi yang menunjuk Dwi Soetjipto menjadi Kepala SKK Migas, belum 1 tahun menjabat sudah menunjukkan keberhasilan yaitu berhasil menuntaskan negoisasi dengan INPEX untuk pengembangan Blok Masela yang sudah mangkrak hampir 20 tahun sejak ditemukan tahun 2000.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun