Mohon tunggu...
Arief
Arief Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Pernah nulis dibeberapa media seperti SINDO, Jurnas, Surabaya Post, Suara Indonesia (dulu dimasa reformasi), Majalah Explo dll. ( @arief_nggih )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Masa Depan Indonesia Ada di Gunung Kidul

28 September 2015   23:29 Diperbarui: 29 September 2015   00:01 1025
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentunya kalimat “Masa Depan Indonesia Ada di Gunung Kidul” akan membuat orang tertawa dan berpikir bahwa yang menulis salah ketik mestinya kan jika berbunyi “Masa Depan Gunung Kidul Ada di Indonesia” lebih masuk akal. Jika bukan salah ketik, maka paling sederhana adalah yang menulis salah berpikir. Lho kok bisa, jawabannya sederhana, bahwa Gunung Kidul di asosiasikan/diberi cap sebagai wilayah yang tandus, berkapur dan pasti kekurangan air. Jika di Googling akan diperoleh banyak arsip berita di internet tentang Gunung Kidul dan sekitarnya yang “lebih dahulu kekeringan” dibandingkan daerah lain, mengingat kontur geografis yang berbukit, berkapur bahkan sebagian adalah batu andesit dan lainnya.

Tuhan Ciptakan Manusia Untuk Mengelola Alam

Apakah kekayaan alam yang dimiliki negara Jepang dan Korea Selatan? Apakah negara tersebut memiliki cadangan minyak dan gas yang melimpah, apakah memiliki batubara, dan berbagai SDA lainnya. Jika melihat sejarah, justru Jepang dalam perang dunia kedua salah satu motivasinya adalah menguasai sumber daya alam di Asia. Lihatlah sampai sekarang kedua negara tersebut masih rajin mengimpor SDA maupun hasil perkebunan Indonesia. Lihatlah bagaimana kedua negara tersebut rajin mengimpor SDA yang masih mentah dan menjual kembali ke Indonesia dalam bentuk produk jadi yang berharga mahal seperti mobil, HP, TV, Mesin Cuci, dan berbagai perangkat mesin dan elektronik lainnya.

Keunggulan SDA hanyalah bersifat komparatif yang seiring habisnya SDA tersebut maka hilang pula keunggulan negara yang memilikinya. Sebaliknya keunggulan SDM akan memiliki manfaat terus menerus sepanjang waktu, selama negara tersebut masih memiliki SDM yang hebat.

Sering kali kita mengatakan bahwa masa depan Indonesia ada di Indonesia Timur, ada di luar Jawa. Pendapat ini tentu 100% benar dalam konteks bahwa di daerah tersebut memiliki SDA melimpah yang dapat diolah untuk ekonomi Indonesia dan tentunya kesejahteraan masyarakat. Namun, pertanyaannya jika SDA tersebut habis apakah masyarakat sekitar, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Pusat telah memiliki rencana berikutnya agar tetap “survive”, “mampu mempertahankan kemakmuran yang sudah diperoleh”, dan lainnya.

Seringkali kekayaan alam yang dimiliki Indonesia meninabobokkan kita semua bahwa seolah-olah kekayaan tersebut kekal abadi sampai dunia ini musnah (kiamat/judgment day). Celakanya saat ini dari data berbagai sumber, hampir semua kekayaan alam Indonesia sudah dikuasai asing. Tengok saja di sektor pertambangan yang lebih dari 55% dikuasai asing, sektor minyak yang hampir 80% dihasilkan perusahaan minyak asing. Pertamina yang dibanggakan sebagai perusahaan terbesar, termegah dan ter...ter...lainnya hanya menguasai 20% produksi minyak nasional. Sektor perkebunan sebagai salah satu sektor pekerjaan/penghidupan yang menjadi harapan para petani Indonesia kenyataannya sudah dikuasai asing, perusahaan besar sektor perkebunan mayoritas berasal dari Malaysia. Sektor infrastruktur, dalam hal ini industri semen yang merupakan kebutuhan dasar infrastruktur secara perlahan sudah dikuasai asing. Memang benar Semen Indonesia sebagai BUMN masih memiliki market share sekitar 43%. Namun pertumbuhan kapasitas industri semen saat ini dikuasai asing, sehingga tidak lama lagi jika asing agresif dan tingkatkan pangsa pasar, maka market share Semen Indonesia akan turun. Pertanyaannya, adakah sektor usaha di Indonesia, baik yang berbasis SDA atapun industri pengolahan ada yang tidak dimasuki perusahaan asing? Jawabannya tidak ada.

Mungkinkah Gunung Kidul Makmur, Gemah Ripah Loh Jinawi

Lihatlah berbagai penjual bakso di Jakarta, Bekasi dan lainnyayang sering kali diberikan “kode daerah” seperti Bakso Gepeng Wonogiri, Bakmi Bantul dan lainnya, tentu menunjukkan etos kerja masyarakat sekitar Gunung Kidul yang memiliki tekad kuat untuk merantau guna meraih penghidupan yang lebih baik. Masyarakat Gunung Kidul adalah contoh salah satu masyarakat yang pekerja keras.

Jika para pemuda dan putra/putri terbaik daerah Gunung Kidul merantau semua, tentunya kemakmuran daerah Gunung Kidul ditentukan oleh daerah lain. Jika penghidupan dilokasi perantauan hilang, semisal berjualan di ruang publik yang bisa saja dikejar-kejar Satpol, bekerja di luar negeri sebagai TKI yang bisa saja jika diganti tenaga mesin atau kontrak habis, maka berhentilah penghasilan tersebut.

Adalah kolaborasi antara Yayasan Obor Tani dan Pertamina dalam mengolah lahan tandus di puncak bukit yang berada di Dusun Kencono Mukti, Desa Kelanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul telah menyulap lahan tandus menjadi sumber penghidupan bagi masyarakat sekitar. Butuh kerja keras Yayasan Obor Tani untuk mulai mengolah lahan tersebut dan melibatkan masyarakat sekitar sehingga “layak jual” ke instansi dalam rangka mengakselerasi pengelolaannya agar segera memberikan hasil yang jauh lebih besar. Butuh keyakinan dan keberanian pula bagi Pertamina untuk menyalurkan dana CSR di daerah terpencil yang tentu bukanlah area produksi migas maupun area pemasaran utama Pertamina. Keberanian untuk bekerja bersama dan keberanian untuk mengambil resiko tersebut pada akhirnya membuahkan hasil yang manis.

Ya...gelontoran dana CSR sekitar Rp 730 juta dari Pertamina kepada Yayasan Obor Tani dimanfaatkan untuk mengolah bukit tandus yang merupakan tanah Pemerintah Daerah Yogyakarta. Dana tersebut dialokasikan untuk “membuat Waduk Di Puncak Bukit”.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun