Mengikuti perkembangan kasus kebohongan publik Ratna Sarumpaet (RS) yang seorang aktivis perempuan pendukung Prabowo-Sandi sekaligus timses kampanyenya, tidak seperti roller coaster yang mengajak penumpangnya harus diputar bolak balik, naik dan turun, baru sampai ke tujuan.
Kasus ini lebih seperti drag race, yang berlangsung cepat dari awal hingga ke garis finish. Dan dari awal banyak yang sudah bisa menebak hasil akhirnya.
Ketika pertama kali mendengar ada kasus pengeroyokan RS, tentu saja sedih bahwa di negeri ini masih ada kasus kekerasan terhadap perempuan, apalagi ini diperkirakan karena politik.
Dalam sebuah drag race, tarikan awal saat lampu start menyala sudah dapat terbaca apa hasil akhirnya. Begitu pula kisah ini, tidak dalam waktu lama, kejanggalan-kejanggalan mulai diungkap. Ada yg mencurigai foto dengan wajah lebam yang tersebar bukan RS. Waktu penganiayaan yang berubah-ubah. Mengapa tidak melakukan visum. Mengapa tidak ke polisi. Di sini saya masih wait and see, tunggu perkembangan selanjutnya.
Tapi tidak dengan para politisi seperti Rachel Maryam, Fadli Zon, Hanum Rais, Fahri Hamzah, Rizal Ramli, Ferdinand Hutahean, Andi Arief dan lainnya. Mereka bersuka ria menaiki gerbong hoax ini, karena munculnya peluang untuk menyerang pemerintah.Mereka memang oposan sejati
Yang membuat besar keyakinan bahwa pengeroyokan dan penganiayaan ini hoax adalah timeline di akun twitter RS yang selama waktu yang disebutkan ternyata masih aktif. Bahkan saya sempat beberapa kali berkomentar menanggapi tuit RS. Sesuatu yang aneh, sebagai korban yang disebutkan trauma fisik dan mentalnya.
Lalu, hoax bergulir semakin besar, ketika Sandi Uno dan Prabowo turut berkomentar, mengundangnya bertemu, bahkan membuat konferensi pers untuk mendukung RS.
Di saat yang sama, pendukung RS menghujat semua orang yang menyangsikan kasus ini. Kami disebut tidak berempati dan tidak punya rasa kemanusiaan terhadap perempuan tua korban kekerasan. Termasuk para politisi itu.
Oke, drag race sudah mencapai finish. Saat ini sudah terang dan jelas kebohongan yang telah diakui oleh RS sendiri. Lebam di wajah karena bedah kecantikan yang dijalaninya. Kemungkinan besar RS akan terkena pasal penipuan di KUHP. Lalu bagaimana dengan yang lainnya? Kemungkinan mereka akan dikenai pasal di UU ITE.
Indikasi RS akan menjadi tumbal seperti kasus Setyardi dan Darmawan (obor rakyat), Jonru Ginting, Buni Yani semakin kentara. Ada yang minta maaf atas cuitannya, tapi secara umum semua lepas tangan dan menyalahkan RS.
Melihat seluruh kejadian ini, PATUT DIDUGA ada kesengajaan secara bersama-sama untuk merekayasa kejadian ini demi kepentingan kontestasi Pilpres 2019. Bagaimana bisa Prabowo yang seorang ketum partai besar, seorang capres 4 kali dan telah bertemu RS secara langsung tidak bisa membaca kebohongannya? Bagaimana bisa Djoko Susanto yang mantan panglima TNI tidak mengenali kebohongan seperti ini? Bukankah TNI sudah terbiasa dengan operasi intelejen. Sabar ya! Semua kita serahkan saja ke kepolisian.