Entah kenapa saya suka dengan pijat. Bisa jadi karena sudah kebiasaan sejak kecil, mungkin bisa juga karena aktivitas saya sehari-hari lebih menggunakan fisik. Maklumlah, jadi buruhnya puyuh, angkat-angkat pakan, nyapu, minumin, sudah biasa.
Akibatnya badan suka pegal-pegal, linu-linu, capek pokoknya.
Jika sudah begitu, ya solusinya pijat. Bukan pijat sembarang pijat. Saya suka pijat plus. Istilah kerennya massage ya? Iya, saya suka massage plus.
Konon kata dokter, pijat itu untuk memperlancar peredaran darah. Menghancurkan asam laktat yang mengganggu. Benarkah? Saya tidak tau, saya bukan dokter. Sebagai salah satu terapi capek, pegal, linu.. Pijat menjadi sarana relaksasi yang mantap. Ah, jangan-jangan sudah nyandu ya . .
Pernah ditawari jamu pegal linu. Lumayan juga saya coba. Mungkin bisa mengganti terapi pijat. Tapi rasanya kok nggak puas ya. Apalagi tidak ada plusnya.
Pernah juga ada dokter menawari obat peluruh asam laktat. Saya coba juga. Tapi nggak marem lagi. Karena tidak ada plusnya.
Bagaimanapun bagi saya, kenikmatan after pijat ya di plusnya itu. Tidak ada plus, rasanya hampa. Setelah pijat, badan sudah lumayan segar, tambah plus bikin makin segar.
Dari beberapa pemijat-pemijat, susah mencari yang plus. Hingga akhirnya nemu juga pemijat yang mau melayani pijat plus.
Tentu, selanjutnya menjadi langganan saya.
Pemijat plus langganan saya tidak pernah lupa bawa uang logam. Itu yang suka pelayanan dari dia, pijat plus . . . kerokan.
Segerrrr . . . .
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H