Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Money

Ketahanan Peternak Puyuh versus Pemasaran Telur Puyuh

1 Desember 2011   00:40 Diperbarui: 25 Juni 2015   22:59 2941
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Kondisi pasar dan ketahanan peternak puyuh.
Kemarin mendengar cerita dari petugas perusahaan kemitraan ternak puyuh PT PG yang saya ikuti, tentang bagaimana kondisi pasaran telur puyuh saat ini (11/2011), kalau boleh dikatakan memang bikin rasanya ngenes. Banting harga, ditawar dengan rendahpun tidak perlu waktu lama, langsung diberikan. Itu sudah bisa menjadi gambaran bagaimana memprihatinkan kondisinya. Lebih lanjut diceritakan oleh petugas, bahwa pasokan telur puyuh dari berbagai daerah utamanya Pulau Jawa meluber di ceruk-ceruk pasar dalam ketatnya persaingan. Bandrol harga Rp 90 per-butirpun serasa menjadi biasa.

Sebagai peternak tentu bisa memperhitungkan, dengan harga yang demikian, jelas untuk membeli pakan puyuh saja relatif tidak mencukupi. Jika kondisi masih terus seperti ini, bisa diperkirakan akan banyak peternak puyuh yang jalan di tempat, atau bahkan berhenti total. Sampai nanti harga akan kembali normal, karena jumlah barang di pasar menurun. Tinggal bagaimana ketahanan peternak menghadapi kondisi pahit yang mendera.
Ketahanan itu bisa karena memang aktif bertahan, tapi juga bisa karena keterpaksaan oleh sebab puyuhnya masih remaja.

Produksi bibit puyuh dan kesiapan pasar.

Beberapa saat lalu pernah juga disinggung oleh petugas dari PT PG dalam pertemuan kelompok peternak puyuh di daerah saya. Dijelaskan bahwa sekarang banyak muncul farm-farm peternakan pembibitan puyuh. Walau kecil kemungkinannya, namun diharapkan ada koordinasi antar farm pembibitan, sehingga bisa ditekan kemungkinan terjadi booming produksi telur, yang tanpa diimbangi dengan pengembangan wilayah pemasaran.
Dalam pertemuan tersebut juga ditegaskan bahwa peningkatan produksi bibit puyuh sama dengan peningkatan produksi telur puyuh.
Semoga dalam hal ini APPI (Asosiasi Peternak Puyuh Indonesia) juga berperan aktif mencarikan solusi, demi kelangsungan usaha para peternak puyuh, khususnya petelur.

Fluktuasi harga telur puyuh sudah biasa.

Secara umum dalam bidang agroindustri termasuk usaha ternak puyuh, seperti yang dulu pernah saya baca di sebuah majalah. Naik turun harga merupakan hal biasa. Tentu mekanisme pasarlah yang menentukan. Dalam satu periode usaha, tinggal diambil rata-rata penghasilan, itulah keuntungan. Jadi bagi yang sudah bertahun-tahun usaha di bidang puyuh, sebenarnya harga rendah tidak begitu mengagetkan. Ada "harga emas" dan "harga lemas". Harga emas ialah dimana harga sedang tinggi-tingginya dengan keuntungan yang sebesar-besarnya, biasa terjadi pada bulan sekitar Juni-Agustus.
Harga lemas, berdasar ilmu titen dari tahun ke tahun, biasa terjadi pada bulan yang berakhiran BER, mulai dari September-Desember.
Oleh karenanya menjadi pembelajaran pada peternak-peternak untuk menjalankan program saving alias menabung pada bulan-bulan harga emas. Sedangkan pada saat harga lemas, merupakan waktu yang baik untuk peremajaan puyuh. Seperti dicontohkan bagaimana perusahaan kemitraan ternak puyuh yang saya ikuti yaitu PT PG memberlakukan pemangkasan paksa terhadap burung puyuh yang berumur di atas 52 minggu. Namun apkiran bisa ditukar DOQ bibit puyuh dengan harga lebih murah. Hal ini merupakan tindakan yang bijaksana, bertujuan untuk mengurangi beban pemasaran dan menolong puyuh-puyuh umur remaja agar tidak menjadi korban harga.

Yang repot menimpa peternak puyuh adalah jika permodalannya mengambil dari pinjaman (bank, dll). Kondisi harga lemas atau rendah seperti sekarang, bisa menguras tabungan, atau malah tekor. Maka, beternak puyuh dengan modal pinjaman bank, sebaiknya jangan.

Hal lain yang unik, memperbandingkan antara pengadaan bibit puyuh dan pemasaran telur puyuh.

Tentu menjadi hal yang sulit untuk menyelaraskan antara pengaturan populasi dengan kondisi pemasaran telur puyuh.
Apalagi skala nasional. Lebih-lebih lagi jika yang memikirkan adalah peternak puyuh kecil-kecilan di desa ini, hal tersebut terlalu jauh dari jangkauan. Namun dari hobi membikin blog, minimal bisa menilai dan mengambil hikmahnya. Apalagi setelah memperbandingkan dari dua halaman saja, antara penyediaan bibit puyuh dengan pemasaran telur puyuh, seolah informasi yang masuk belum berimbang. Masih lebih menang yang penyediaan bibit puyuh. Walaupun banyak faktor perlu menjadi pembahasan lebih lanjut untuk menyimpulkan.
Hikmahnya saja yang perlu dipetik, terkait juga dengan kondisi seperti saat ini, terutama bagi yang berminat usaha beternak puyuh, sebaiknyalah juga mempertimbangkan terlebih dahulu faktor pemasarannya. Walau tidak menutup kemungkinan, setelah tertekan keterpaksaan stok telur puyuh melimpah, muncul kreatifitas pemasaran.

Semoga ke depannya, beternak puyuh menjadi usaha yang semakin prospektif.

- - - - - - - - - - - - - -
Berita terkait: Telur Puyuh Si Mungil yang Sakti

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun