Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Jalur Alternatif: Aman dan Nyaman

5 September 2011   13:34 Diperbarui: 4 April 2017   18:25 11890
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kondisi lalu lintas yang padat, saya kurang suka. Rasanya ruwet dan tidak nyaman. Namun apa boleh buat, jika mau tidak mau harus lewat, ya anggap saja terasa nikmat. Jadi jalani saja lalu lintas yang padat merayap.

Kekurang-sukaan saya pada kondisi lalu lintas padat itulah, yang kemudian menjadi pemicu untuk mencari jalur alternatif. Lalu lintas lebih sepi, membikin saya lebih nyaman. Menurut saya, akan menjadi perjalanan lebih aman dari risiko kecelakaan.
Tentu saja jalur alternatif adalah jalur jalan yang bukan jalur besar antar propinsi. Jalur besar yang saya maksud, upamanya jalan Jogja-Semarang, Semarang-Pekalongan, dll.

Perjalanan yang dulu sering saya lalui adalah Jogja - Pekalongan. Apabila mengikuti jalur besar, tentu saja routenya sbb: Jogja - Magelang - Semarang - Pekalongan.
Hanya sekitar dua atau tiga kali saja saya melewati route tersebut. Dari petunjuk seorang saudara, karena tahu kadang saya berkeluh tentang lalu lintas padat. Saya diberitahu jalur alternatif yang sepi, nyaman, dan aman, sampai kota Pekalongan.

Alternatif Jogja - Pekalongan ini melewati Temanggung. Kemudian via Parakan dan Ngadirejo, ambil jurusan Sukorejo.
Nah, dari Sukorejo inilah nanti jalur terbagi dua. Ada yang lewat Weleri, ada juga yang lewat Bawang. Saya paling suka alternatif yang kedua. Soalnya apabila lewat Weleri, nanti masih masuk jalur Daendels juga.

Alternatif kedua setelah sampai Sukorejo, saya lebih memilih via Bawang, Limpung, Bandar, Plantungan. Alternatif lagi Warung Asem, langsung sampai kota Pekalongan: tanpa lewat kota Batang.

Bahkan beberapa kali perjalanan pas hari lebaran, dimana lalu lintas kendaraan jalur Daendels seperti ular naga panjangnya, jalur ini sepi pi . . Nyaman sekali.

Melintasi kebun teh, kadang semerbak daun nilam, menyegarkan perjalanan. Bahkan biasa tergelitik untuk duduk-duduk dulu menikmati pemandangan dan sejuknya hawa pegunungan. Kemudian meneruskan perjalanan, rasanya fresh.

Hanya saja ada beberapa hal yang patut diperhatikan jika melewati jalur alternatif yang sepi pi tersebut, antara lain:

1. Malu bertanya, sesat di jalan.
Harap maklum, jalur tersebut tidak ada penunjuk jalan. Jadi silahkan tanya dengan sopan ke penduduk setempat, jika menemui persimpangan. Dengan begitu dijamin tidak kesasar ke hutan pegunungan yang tidak jelas arahnya.

2. Jalan naik turun berliku minim penerangan jalan.
Sebaiknya lewat jalur tersebut bagi yang belum hapal, jangan di malam hari. Selain hampir tidak menemui satu pun penduduk di luar rumah untuk tempat bertanya apabila kebingungan, jalan lika liku naik turun dan belokan tajam dengan minim penerangan, menjadi hal yang patut diperhatikan.

3. Cek bahan bakar.
Dulu terakhir saya lewati, pom bensin terakhir hanya ada di Sukorejo. Entah sekarang. Selanjutnya sampai Pekalongan, hanya ada bensin eceran. Untuk yang ini lebih perlu diperhatikan bila jalan malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun