Mohon tunggu...
Arief Gununk Kidoel
Arief Gununk Kidoel Mohon Tunggu... lainnya -

"Sejenak Menapak Riuhnya Dunia Maya" ~ penghobi tanaman hias dan koleksi ~ di desa di Gunung Kidul DIY Hadiningrat yang mencoba belajar menulis ~

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop

Asyik! Ibukota Mau Dipindah

7 Juli 2017   20:23 Diperbarui: 7 Juli 2017   20:27 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau dipindah kemana, wong ndeso seperti saya tidak bisa berpendapat kota mana baiknya yang "ketiban sampur" untuk jadi ibukota negara yang baru. Tidak akan memikirkan mau dimana pindahnya. Tidak penting.
Bagi wong ndeso, orang desa seperti saya, yang penting itu adalah proses pindahnya. Secepatnya saja, kondisi sudah mendesak. Terutama untuk untuk banyak orang desa di daerah tempat saya tinggal, di kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Perlu dan mendesak agar ibukota segera pindah. Kenapa ya begitu penting ?

Kepindahan ibukota tentu tidak sekedar perpindahan status. Semua sarana prasarana infrastruktur juga akan pindah. Ada istana negara, ada gedung DPR/MPR, kantor-kantor kementerian, dan lain lain banyak sekali.
Kecuali kalau bangunan gedung DPR/MPR akan diboyong juga ke ibukota yang baru ...
Atau bangunan gedung Istana Negara juga akan diangkut sekalian pagar-pagarnya.
Tentu tidak ya ....

Mungkinkah akan ada Bandung Bondowoso yang bisa membangun seribu candi dalam semalam, lantas akan membangun semua gedung yang diperlukan dalam semalam  juga ?
Tentu tidak  ya ...

Itulah penting, perlu, dan mendesak agar ibukota segera pindah saja. Tentu akan dibangun gedung-gedung baru yang besar-besar. Lantas saya akan mengabarkan ke teman-teman dan para tetangga, siapa tahu bisa dapat kesempatan ngalap berkah, mendapat rejeki penghasilan dari pembangunan gedung-gedung di ibukota yang baru. Asyik !

Banyak dari kami wong ndeso di Gunung Kidul sudah biasa menjadi pekerja bangunan. Tenaga laden dan tukang batu. Itu mata pencaharian kami, sebab bertani di sini sudah tidak bisa diharapkan jadi penghasilan pokok.
Maka, ibukota dipindah ke tempat yang baru sangatlah kami harapkan. Siapa tahu butuh tenaga pekerja bangunan. Kami siap diberangkatkan  sebab tidak mungkin besi, semen, dan pasir bisa menempel sendiri. Pasti butuh kami  sebagian wong ndeso ini untuk mengerjakannya.

Mempertimbangkan bahwa yang akan dibangun adalah gedung-gedung penting, siapa tahu bayaran untuk pekerja bangunan juga jauh lebih besar. Biasa bayaran untuk tenaga laden sekitar Rp 50 ribu - Rp 75 ribu, semoga saja menjadi Rp 100 ribu. Biasa bayaran untuk tukang batu sekitar 85 ribu - 125ribu, mungkin bisa 200 ribu - 250 ribu. Itu per hari. Belum termasuk makan tiga kali ya !

Mempertimbangkan bahwa tenaga fisik kami banyak terkuras, maka jatah makan jangan nasi bungkus yang terbatas. Akan lebih menyenangkan model makannya yang prasmanan. Nasi boleh ambil bebas sebanyak yang kami mampu.
Lauknya juga ikan, daging, dan telur ya .. Syukur apabila ada rendang atau balado, kami nyaris tidak pernah makan jenis yang seperti itu.

Jikapun bayaran dan jatah makan seperti standar umumnya, ya tidak apa-apa. Bisa kami pertimbangkan.

Terima kasih. Salam Ndeso ...

Mohon tunggu...

Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun