Rumah-rumah kecil yang ada di desa saya itu jika terlihat dari jauh, seperti bangunan pasar tradisional. Masing-masing rumah kecil seperti lapak-lapak pedagang yang bertebaran. Memang unik sebenarnya. Rumah-rumah kecil dalam satu komplek. Namun bangunan rumah-rumah kecil seperti itu sudah mulai hilang di desa. Bukan karena bangunannya tanpa IMB, atau terkena penggusuran paksa karena akan menjadi lahan terminal. Tapi mungkin saja, banyak komplek rumah kecil itu dibongkar karena dianggap tidak praktis dan terkesan tidak rapi. Selain bisa jadi disebabkan perkembangan atas suatu keyakinan yang melatarbelakanginya. Kali pertama pembongkaran, tak ada penduduk yang mau dan berani memakai kayu bekas bangunannya. Lantas kami pakai juga akhirnya. Sayang kan, sebab banyak berbahan kayu jati alam, dari pohon jati ukuran besar, tua, di masa lalu. Bisa menjadi kusen jendela, kusen pintu, bahkan sebagian bisa dijadikan tambahan rangka tempat tidur. Pikir kami, bukan karena serakah, tapi daripada mubazir. Kali kedua pembongkaran komplek rumah kecil dan seterusnya, kami sudah tidak mendapat satupun kayu bekas bongkaran. Mungkin karena terbukti dimanfaatkan untuk tambahan bangunan rumah tidak ada efek negatifnya, lantas banyak yang mau memakai juga. Pembongkaran-pembongkaran itu dilakukan sukarela oleh penduduk desa dimana komplek rumah kecil berada. Jadi tanpa paksaan dari pihak manapun. Setiap kali ada pembongkaran, sekarang sudah banyak yang mau memakai kayu-kayunya yang masih bagus. Dimanfaatkan menjadi apa saja, baik mebel maupun tambahan bangunan rumah. Kenapa pada kali pertama pembongkaran dulu takut memanfaatkannya? Karena rumah-rumah kecil yang unik itu adalah komplek bangunan kuburan. Komplek kuburan dengan model rumah-rumah kecil seperti itu sudah ada sejak jaman dulu. Bisa dibayangkan betapa repotnya, diantara rumah-rumah kecil yang berdesak-desakan, musti menggali kuburan untuk jenazah baru. Apalagi pada saat acara penguburan, komplek kuburan dengan rumah-rumah kecil yang berhimpitan, serasa sesak dengan pengantar jenazah. Banyak lagi yang menjadi pertimbangan kenapa kebanyakan sudah dibongkar. Selain karena bisa menjadi sarang anjing-anjing liar. Bahkan pernah juga kejadian, orang gila yang menginap di antara rumah-rumah kecil itu, pernah ada yang meninggal sampai rusak membusuk jasadnya baru ketahuan. *foto koleksi sendiri
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H