Mohon tunggu...
Arief Wicaksono
Arief Wicaksono Mohon Tunggu... -

Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pelatihan Penyelamatan Bencana bagi Difabel

22 September 2013   19:28 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:32 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Acara “Pelatihan Penyelamatan Bencana Bagi Difabel” memberikan informasi tentang satu masalah difabel di masyarakat. Masalah itu adalah kurangnya informasi tentang pendidikan PRB ( Pengurangan Resiko Bencana ) bagi difable. Difabel ingin mempelajari cara keselamatan diri karena saat terjadi gempa pada 26 Mei 2006 lalu di Yogyakarta banyak korban difable meninggal. Contohnya seperti di Jepang, ada beberapa korban difabel, yaitu korban luka ringan, luka berat, dan tewas.

Bagi difabel, saat terjadi gempa, dia langsung berlari karena banyak benda jatuh menimpa. Oleh sebab itu, difable meninggal dari kejadian bencana. Difabel di rumahnya tidak aman karena tempat tidur berada di dekat lemari dan benda mudah jatuh. Kemudian, bahaya juga dikarenakan tidak memakai sandal sehingga menginjak kaca-kaca yang pecah. Difabel tadi ditinggalkan keluarganya. Mereka kebingungan sehingga tidak bisa menolong. Buktinya, data dari ASB Indonesia menyatakan bahwa hanya 10,5% korban non-difable, sedangkan korban terbanyak adalah difable 32%. Maka itu, masyarakat butuh mengetahui cara menyelamatkan difable dari bencana.

Kegiatan pelatihan untuk menyelamatkan difabel dari bencana harus lakukan. Materinya adalah BBM (Berlindung Kepala di Bawah Meja), yaitu bersimpuh dan menyelamatkan diri dari bencana. Semuanya penting untuk dilakukan. Kemudian, ada juga workshop tentang metode, diskusi, simulasi, serta praktik kelompok.

Pada Juli 2013 lalu,  acara berlangsung di Klaten, di salah satu kantor organisasi difable. Teman-teman difabel mengikuti sebagai peserta. Teman-teman difabel yaitu tuli, tuna daksa, dan tuna netra. Satu organisasi hanya boleh diikuti maksimal dua orang, mereka berasal dari daerah Klaten, Solo, Surakarta, Boyolali, dan D.I. Yogyakarta. Usianya sekitar di atas 20 tahun.

Difabel ingin meningkatkan kemampuan cara menyelamatkan diri. Mereka berusaha latihan praktik BBM (Berlindung, Bersimpuh dan Menyelamatkan Diri) dari bencana. Para difabel memilki komitmen dalam mempelajari ilmu PRB. Tujuannya untuk mengurangi masalah dalam disabilitas.

Suasana pelatihan PRB bagi difabel semangat. Mereka melakukan kegiatan kelompok tentang pembelajaran PRB. Seorang difabel mewakili kelompoknya untuk presentasi tentang membagi pengalaman, serta evaluasi mana yang salah atau benar. Materi presentasi disampaikan supaya difabel mampu memahami.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun