Mohon tunggu...
Arief Islamudin
Arief Islamudin Mohon Tunggu... Mahasiswa - pribadi

kejarlah impianmu sampai impianmu tercapai

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerita Penghuni Gunung Kembang

17 Januari 2022   23:05 Diperbarui: 17 Januari 2022   23:10 1338
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ini adalah cerita Udin ketika mendaki sebuah gunung di daerah Kauman, Wonosobo, Jawa Tengah. Gunung yang akan di daki Udin adalah gunung kembang yang memiliki ketinggian 2.320 mdpl. Saat itu rombongan beranggotakan 4 orang yang terdiri dari Udin, Arif, Dela dan Bela. Menurut warga setempat gunung kembang ini terkenal dengan hal mistis nya. Tetapi tidak masalah bagi Udin dan rombongan. Mereka berangkat dari Yogyakarta bermodalkan niat yang baik untuk menikmati sebuah keindahan alam yang berada di gunung kembang tersebut. Memang gunung ini terkenal dengan keindahan nya, tetapi juga terkenal dengan mistisnya. Udin dan rombongan melakukan pendakian melalui jalur via blembem, sesudah sampai di basecamp Udin dan rombongan melakukan registrasi dan mempersiapkan barang yang ingin dibawa ke puncak gunung kembang. Rencananya mereka ingin melakukan pendakian di siang hari, tetapi dibasecamp tersebut turun hujan yang sangat deras. Sehingga Udin dan rombongan memutuskan untuk menunda pendakian hingga hujan reda.

Setelah hujan reda, mereka membentuk bundaran untuk berdoa agar diberi kelancaran dalam pendakian mereka. Untuk mempersingkat waktu, mereka memutuskan untuk menyewa sebuah mobil pickup milik basecamp. Tetapi karena tadi hujannya deras mobil tersebut tidak dapat menanjak dikarenakan mobilnya terpuruk sehingga mereka memutuskan untuk melakukan pendakian dengan jalan kaki. Mereka berjalan mulai pukul 16.00 dan semua masih berjalan lancar pada saat itu. Hingga Udin dan rombongan nya memasuki post peristirahatan yang biasa disebut kandang celeng.

Di Pos itu Udin sudah mulai tidak biasa"aja sudah seperti orang yang sedang ketakutan, apalagi pos kandang celeng tersebut treknya sangat licin dan di kelilingi pepohonan yang tinggi dan rimbun. Tas yang dipakai Udin yg awalnya ringan menjadi sangat berat tetapi Udin tidak memberitahu kepada rombongannya karena takut merusak suasana mereka. Perjalanan pun mereka lanjutkan, karena di rombongan ini Bela adalah satu" orang yg pernah mendaki di gunung kembang ini. Jadi Bela memimpin perjalanan yang berada di baris pertama sedangkan Udin berada di baris paling belakang, karena Udin sangat takut dia tidak berani untuk menoleh ke belakang. Hawa dingin sudah mulai terasa, ditambah suara jangkrik dan rintikan hujan seolah menjadi teman perjalanan mereka pada saat itu. Tiba-tiba di pertengahan jalan menuju pos 2 Udin meminta untuk istirahat sejenak, tidak seperti biasanya si Udin seperti ini karena setiap mendaki Udin tidak pernah meminta istirahat, disitu Udin sudah nampak mulai lemas dan pucat, tetapi dia hanya berdiam dan menunduk kebawah saja.

Setelah istirahat beberapa menit mereka pun melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 3 akar, tiba tiba dipertengahan jalan Udin di kagetkan dengan suara orang memanggil seolah-olah ada pendaki lainnya yang menyusul ke pos 3, padahal saat itu trek sedang sepi hanya ada rombongan Udin yg melakukan pendakian, karena menurut orang bascamp di atas hanya ada 6 rombongan saja dan rombongan Udin yang terakhir melakukan pendakian.

Setelah istirahat beberapa menit mereka pun melanjutkan perjalanan kembali menuju pos 3 akar,tiba tiba dipertengahan jalan, Udin di kagetkan dengan suara orang memanggil seolah"ada pendaki lainnya yg menyusul ke pos 3, padahal saat itu trek sedang sepi hanya rombongan Udin yg melakukan pendakian,dan anehnya hanya Udin sendiri yang mendengar suara itu, setelah sampai di pos 3 akar Udin dan rombongan memutuskan untuk istirahat sejenak dan mengisi perut mereka dengan makan jajan nabati.

Beberapa menit mereka istirahat mereka pun melanjutkan pendakian menuju Sabana, Udin meminta Arif untuk bergantian membawa tas nya karena tas yang dia bawa sangat berat tidak seperti biasanya, anehnya ketika Arif yg membawa tas itu terasa sangat ringan bahkan lebih ringan dari tas yg dibawa Arif sebelumnya. Ketika mereka melakukan pendakian di pos akar penerangan mereka mulai meredup, untungnya lampu yang di bawa Arif masih terang jadi Udin dan rombongan memutuskan untuk  penerangan jalan menggunakan lampu yg digunakan Arif saja sehingga Arif mengambil barisan paling depan untuk menerangi mereka.

Di pertengahan jalan Arif tidak sengaja menyorot senternya ke atas dan kesamping, ketika Arif menyorot lampu ke samping tidak sengaja Udin melihat sosok bayangan hitam besar rambut panjang di balik pohon, tetapi Udin tidak memberi tahu kepada rombongannya karena takut merusak suasana, dan herannya hanya Udin yang melihatnya, Udin dan rombongan tetep melanjutkan perjalanan.

Setelah sampai di Sabana Udin memutuskan untuk mendirikan tenda di Sabana saja karena dia sudah mulai kelelahan, tetapi Dela menolaknya karena di Sabana itu tempatnya sangat curam dan banyak babi yang berkeliaran, mereka pun tetap memutuskan untuk menuju puncak. Di pertengahan jalan kabut mulai tebal sehingga sangat mengganggu pandangan, tidak sengaja Arif menginjak batu dan mengakibatkan dia terpeleset sehingga kaki kiri Arif mengalami pendarah dan memar, tetapi mereka tetap memutuskan untuk melakukan pendakian karena hari semakin malam kabut semakin tebal dan sebentar lagi akan turun hujan, sesudah sampai di puncak Udin dan rombongan pun langsung mencari tempat dan mendirikan tenda, Udin dan rombongan pun mendirikan tenda tepat di sebelah tenda pendaki lain, setelah tenda itu terpasang mereka pun langsung memasak untuk mengisi perut mereka, ketika Udin dan rombongan ingin beristirahat mereka di kagetkan oleh tenda sebelah,yang salah satu rombongan mereka ada yang kesurupan.

Cerita ini diambil dari kisah nyata pendaki Udin dan rombongannya yang sedang melakukan pendakian di gunung kembang via blembem

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun