Mohon tunggu...
M. Arief Gusti Putra
M. Arief Gusti Putra Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Cuma sekedar tulisan doang.. Kalau setuju tolong disebarluaskan, kalau gag setuju mari kita diskusikan.. Ngapain capek2 debat, santai sajalah... :D

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Karena Pujian itu Hanyalah Debu

24 Mei 2013   17:40 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:05 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pujian itu Hanyalah Debu

[caption id="" align="aligncenter" width="555" caption="Pujian itu Hanyalah Debu"][/caption] Ketika berada di atas pesawat terbang yang membelah angkasa, cobalah sejenak merenung kawan. Melihat ke bawah, melihat realita kehidupan, menyelami makna dari ketinggian. Dari atas ini sobat, semua terlihat kecil, sangat kecil. Rumah – rumah semua mungil bahkan nyaris tak terlihat, tak peduli mewah apalagi yang cuma sebuah petak kecil di kolong jembatan. Jalanan,  ruko – ruko hingga gedung – gedung bertingkat. Semuanya tiada berarti dari atas sini, kecil, tak bermakna. Seakan semuanya dapat hancur dengan sekali hembusan badai. Semudah kita menyingkirkan debu yang ada di tangan kita. Tiba – tiba terselip tanya di benak ini, jikalau gedung – gedung saja tak berarti, lalu bagaimanakah dengan diri kita sobat? Masihkah diri ini bangga dengan raga yang kecil ini? Masihkah kita mengharapkan pujian yang berlebih dari para manusia yang kecil? Tak malukah kita masih mengemis pujian dari mereka yang sesungguhnya juga tak memiliki kemampuan untuk menyelamatkan kita? Masihkah air mata itu harus mengalir jika pujian itu justru tertuju ke orang lain hingga kita merutuki diri? Masih kah kita bangga dan terlena dengan banyaknya pujian yang hinggap di diri kita?? Segala hal itu milik Allah kawan. Langit yang tinggi, bumi yang indah, matahari yang bersinar terang, bulan yang menawan, lautan yang luas, gunung – gunung nan kokoh, hingga debu nan halus. Semuanya tercipta atas izin Allah SWT. Tak ada sesuatu apapun walau sebesar atom yang tercipta tanpa izinNya. Walau banyak yang mengatakan bahwa manusia mampu menciptakan berbagai benda, tapi bukankah itu semua hanyalah tiruan, yang sebenarnya juga dihasilkan dari ciptaan Allah yang lain? Lalu apakah yang pantas untuk kita banggakan dari diri ini? Sedang diri ini tercipta olehNya. Sedang setiap organ bergerak atas izinNya. Sedang setiap oksigen yang  kita hirup tak lepas dari izinNya. Lalu di sisi manakah kita dapat berbangga diri hingga mampu menuntut pujian dari yang lain? Sungguh, kadang hati ini iri kepada mereka yang mampu bekerja tanpa mengharapkan secuil pujian dari manusia lain. Ia bekerja dengan ringan dan hati yang ikhlas, tak peduli dengan hinaan atau pujian yang dilontarkan orang – orang disekitarnya. Di dalam ketidakpedulian itu mereka mencari keridhaan dari sang pencipta raga ini. Karena memang, kepada siapa lagikah kita dapat berharap selain kepadaNya? Karena kita masih bisa melangkah dan hidup di hari ini pun atas izinNya. Mungkin hati ini masih terhijab, hingga terkadang masih berharap dan memburu pujian yang fana. Silau dengan cahaya semu, hingga tak sanggup melihat dengan jernih bahwa kaki ini telah salah mengambil jalan dan memalingkan muka dari sang pencipta. Sungguh kawan, di balik setiap hal di dunia ini, tersimpan bukti betapa Dia begitu luar biasa, namun mata kitalah yang terkadang luput dalam melihatnya. Alhamdulillah. Segala puji bagi Allah. Inilah yang seharusnya kita ucapkan saat mendapat secuil anugerah. Karena setiap hal terjadi atas izinNya, maka tentu hanya Dialah satu – satunya yang patut menerima pujian itu. Pujian. Ku  takut hati ini silau oleh mu. Ku takut kaulah yang kucari dalam hidupku. Ku takut ku lengah olehmu. Ku takut hati ini terisi olehmu hingga ku terlena, melupakan hakikat diri yang sebenarnya. Karena sesungguhnya pujian itu tak lebih dari sekedar debu yang kan sirna oleh desiran angin. Bandung, 24 Mei 2013 M. Arief Gusti Putra - @udaarief Ketua KAMMI Politeknik Telkom

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun