Mohon tunggu...
arief elhakim
arief elhakim Mohon Tunggu... Guru - Guru

Guru di MTsN 1 Bantul memiliki hobi membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nata d'Aloe Vera, Produk Khas Kewirausahaan MTsN 1 Bantul

22 Oktober 2024   03:02 Diperbarui: 22 Oktober 2024   03:07 61
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siswa mempromosikan produk kewirausahaan madrasah (dok pribadi)

Bantul (MTsN 1 Bantul) -- Pengajian Rutin Ahad Kliwon MTsN 1 Bantul pada Ahad (20/10/2024) nampak ada yang berbeda di meja yang berderetan dengan presensi kehadiran. Ada beberapa karya siswa yang menarik perhatian peserta pengajian yang terdiri dari seluruh orang tua/wali kelas datang ke musala Daarul 'Ilmi tempat pengajian dilaksanakan. Dengan rapi dan tersaji menarik, terdapat meja yang tertata hasil karya siswa berupa Nata d'Aloe Vera, cerimping singkong dan batik Shibori. 

Nata d'Aloe Vera merupakan hasil budi daya lidah buaya di kebun madrasah dengan kreativitas siswa dijadikan Nata dengan bimbingan guru. Produk ini merupakan program kewirausahaan madrasah diantara beberapa program lainnya, seperti perikanan, perkebunan, koperasi siswa, dan batik. Produk makanan berupa Nata d'Aloe Vera dikemas bersamaan produk lainnya yaitu singkong ceria, dimana juga dibudidayakan di kebun madrasah lainnya. Dengan mengambil momen pengajian, siswa madrasah meproduksi Nata d'Aloe Vera dan cerimping singkong yang dikemas dan dijual pada orang tua wali yang hadir dalam pengajian. 

"Di momen ini, kami perkenalkan ke orang tua bahwa siswa tidak hanya belajar tapi juga mampu mengembangkan jiwa kewirausahaannya dengan memanfaatkan potensi yang ada di madrasah," ujar Arief Rahman salah satu guru pembimbing kewirausahaan madrasah.

Orang tua siswa membeli batik shibori hasil kewirausahaan siswa (dok pribadi)
Orang tua siswa membeli batik shibori hasil kewirausahaan siswa (dok pribadi)

Selain penataan hasil kewirausahaan produk konsumsi, juga ditampilkan hasil kreasi siswa dalam batik dengan produk batik shibori dengan berbagai warna yang khas, kontras, dan berbagai ragam corak kreasi siswa. Batik ini selalu dikembangkan oleh madrasah untuk mewadahi kreativitas siswa dan melestarikan budaya warisan leluhur.

 "Kami ingin suatu saat nanti bisa mencuptakan batik khas madrasah yang dapat digunakan untuk seragam siswa. Semoga terwujud dan akan jadi kebanggaan tersendiri," ujar Damar Sungkowo pembimbing kewirausahaan batik saat menemani siswa mempromosikan hasil batik. Motif yang dikembangkan madrasah selalu mengikuti tren yang ada agar tidak ketinggalan zaman dan siswa bisa menguasai beberapa teknik batik yang ada, misalnya teknik jumputan, eco print, dan yang terakhir batik shibori.

Batuk shibori, Nat
Batuk shibori, Nat

Dalam sambutan di awal pengajian, Sugiyono selaku kepala madrasah menjelaskan bahwa hasil karya siswa dalam bidang kewirausahaan harus kita hargai bersama, karena mereka telah mampu mengembangkan jiwa enterpreneurshipnya yang sangat berguna bagi kehidupannya mendatang. 

"Silahkan nanti dibeli hasil produk siswa kita, karena nanti semuanya akan kembali ke siswa dalam pengembangan keberlanjutan kewirausahaan," tutur Sugiyono. Selanjutnya diterangkan pula bahwa madrasah dengan melihat berbagai potensi yang ada baik dari segi sumber daya alam, lokasi, maupun bakat minat siswa akan selalu mengembangkan kewirausahaan sebagai program yang tidak terpisahkan dalam keberlangsungan kegiatan madrasah. (ARF)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun