Belakangan ini jejaring sosial terbesar di dunia, Facebook tengah diperbincangkan dibelahan dunia mana pun karena kebocoran 87 juta data pengguna Facebook dan satu juta data bocor tersebut dari Indonesia.
Jauh dari kasus kebocoran data ini, media sosial Facebook juga sering dijadikan alat penyebar hoax, banyak jari-jemari orang yang tak bertanggung jawab kerap menyebarkan propaganda, salah satu propaganda terbesar adalah propaganda anti Rohingya di myanmar.
Dan khawatir hal serupa tersebut terjadi di Indonesia, meski Hoax terus-terusan di cetak melalui Facebook. Menteri kita, Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara geram dan mengancam, ia mengatakan tak segan menutup platform Facebook apabila media sosial tersebut menjadi tempat penyebaran berita bohong, seperti yang terjadi pada etnis Rohingya.
Apa Benar? karena diliat lebih jauh lagi, Facebook sudah dari dulu menjadi media menyebar berita tidak benar, sekalipun benar, pastilah di lebih-lebihkan di buat sedemikian rupa, sedramatis mungkin.
Tapi apa? Facebook tetap berjalan. Dan maksud ancaman Rudiantara terdengar lucu sekali.
Karena terlepas dari kebocoran data, Facebook adalah tempat penggunanya mengekspresikan apa pun itu, baik nyata atau tidak nyata.
Dan juga terlepas dari media efektif penyebar Hoax, Facebook sangat-sangat berjasa, terlebih di bidang promosi dan bisnis.
Karena banyak pembisnis tak perlu lagi mengeluarkan biaya mahal untuk membuat website, cukup dengan Facebook, para pengusaha baru, pengusaha lama, bahkan pengusaha amatiran bisa mengumpulkan pundi-pundi dari platform tersebut.
Bahkan Instansi pemerintah, lembaga swasta mengandalkan Facebook dalam mensosialisasikan strategi komunikasinya.
Bila pak menteri benar tak segan menutup  akses Indonesia akan Facebook, apa lagi yang ditunggu?
Benar adanya Facebook sebagai alat penyebar berita bohong, dan nyata Facebook menjadi menjadi alat yang sangat pintar, dan berdampak positif bagi penggunanya.