Bangsa kita adalah pelaut, namun itu dulu. Bangsa kita berisi orang-orang bijaksana, namun sudah lalu. Orang-orang tua dulu selalu mengajarkan untuk ambil seperlunya, sisakan untuk yang masih kecil agar mereka hidup dan berkembang. Ambil yang sudah besar lepaskan yangkecil-kecil.
Namun ketika orang-orang bijaksana itu pergi yang tersisa adalah mereka yang serakah. Mereka yang merasa ini adalah kesempatan langka. Kesempatan yang tidak boleh dibuang percuma. Mungkin Cuma du atau tiga tahun menjabat namun akibatnya akan dirasakan sepanjang Indonesia berdiri. Dan itulah yang dilakukan oleh sang menteri kelautan dan perikanan saat ini.
Beliau adalah mantan prajurit. Dan setiap prajurit akan selalu ingat dan patuh kepada komandannya. Disuruh masuk ke dalam sumur seratus meter akan mereka lakukan. Karena mereka percaya dengan komandannya. Disuruh mati pun mereka akan menerima tugas itu. Jadi mubazir untuk berharap ada perubahan dari yang mereka lakukan.
Tidak ada demokrasi dalam pikiran mereka, tidak ada hati nurani dalam hati mereka. Tidak ada masa depan dalam pandangan mereka. Mereka hanya prajurit yang siap selalu menjalankan tugasnya. Mereka akan menerima semua caci maki dengan sepenuh hati. Yang penting tuannya selamat, yang penting komandannya senang.
Kementrian kelautan sekarang  mewacanakan bisnis bayi lobster,  bukan pengambilan lobster dewasa yang sudah besar dan lebih menguntungkan. Mereka lebih mementingkan kebutuhan Vietnam yang mempunyai industry lobster terbaik dunia. Walaupun mereka tidak punya bayi lobster, namun mereka punya uang dan orang untuk negosiasi.
Di masa krisis seperti ini uang sangat menggiurkan, berapapun rupiahnya akan di kejar. Bisnis kalangan atas yang dicoba oleh Susi Pujianti agar dikelola oleh rakyat kecil sekarang dicoba diambil lagi oleh para bos besar. Rakyat kecil dipersilakan untuk memungut recehan. Urusan yang besar biar bos yang urus.
 Akhirnya kementrian kelautan dan perikanan mempersilakan pengambilan benih lobster yang dengan propaganda dan kampanye cara pengambilan yang baik dan benar. Rakyat kecil benar-benar di kerjain.Mereka sudah tidak peduli soal masa depan industry kelautan Indonesia.
Logikanya nelayan  itu menangkap yang besar, yang sudah dewasa . ini mah menangkap bayinya, benihnya.
Apalagi Vietnam itu saingan dagang dalam bisnis lobster. Vietnam tidak punya benih. Kita punya. Harusnya kita yang kaya. Kita yang menentukan harga. Kita rajanya lobster. Namun sekarang malah menjadi tukang kumpulin benih. Datang ke laut pakai serokan terus ambil bayi-bayi mungil lobster dan dijual. Memang mungkin bayinya jutaan jumlahnya di lautan, namun jika semua diambil maka lobster dewasa akan hilang dan menjadi langka. Dan akhirnya sudah pasti mahal harganya, yang untung  sudah pasti Vietnam.