Kepemimpinan diperlukan agar kita tidak tersesat dalam mengarungi hidup , pada pemimpinlah kita serahkan hidup dan mati kita. Setiap kebijakannya kita tunggu. Saat kebijakan harus diambil semoga berdasarkan data yang ilmiah. Harus tahu siapa dan dimana yang harus dibantu. Rumah sakit mana yang kekurangan pasien, calon siswa mana yang benar-benar layak di negeri bukan karena tua atau uang. Â Menjadi pemimpin itu berat. Â Nasib rakyat ada ditangannya.
Gaya pemimpin tidak ada yang sama. Meledak-ledak dan emosional itu mungkin memang gayanya. Diam-diam dan ngumpet di menara gadingnya tapi tiba-tiba tandatangan reklamasi itu juga mungkin gayanya. Style orang bilang.  Semua  tidak masalah yang penting hasilnya jelas. Biarkan rakyat yang menilai karena mereka yang merasakan hasilnya. Waktu akan memperlihatkan siapa dia sebenarnya. Pembela rakyat atau pembela uang.  Leadership is an action.
Saat ini kita memasuki gelombang kedua pandemi , angka yang positif masih banyak dan cenderung bertambah, hal ini bukan karena virusnya makin jago atau sudah bermutasi, tapi karena orang-orang  sudah tidak disiplin menggunakan masker dan kangen ngumpul-ngumpul. Menurut iklan di TV tangan kita umumnya menyentuh wajah 23 kali dalam satu jam.Â
Selain itu kita sudah  jenuh berbulan-bulan  berdiam diri dirumah. Berkumpul  menjadi dambaan setiap orang, karena  pada dasarnya  manusia mahluk sosial. Naluri dasar adalah berkumpul. Bahkan Roma Irama pun  tidak kuat "cicing" dirumah.  Dan ketika ada kondangan langsung saja gerak cepat menyatakan pasti hadir. Dan sebagai penyanyi ketika dikasih mik langsung.. Judiii  teet!! Menjanjikan kemenangan.
 Yang akhirnya diomelin sang Bupati Bogor.  "Lah apa salah saya.. saya mah spontan ". mungkin katanya.
Apapun itu. Semoga para pemimpin kita adil dan mempunyai solusi yang cerdas dalam menghadapi wabah Covid19 gelombang kedua ini. Apapun yang mereka putuskan, saya yakin karena cintanya kepada warganya. Kesabaran semoga dimiliki oleh kita semua. Menurutku sih gaya Jakarta asik. Serahkan semua pada anakbuah dan pusat. Kemudian tutup pintu Balaikota.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H