Sabtu pagi.. berangkat dari Jakarta naik bis antar kota antar propinsi. Primajasa. Dari pool cililitan. Banyak sebetulnya pilihan untuk menuju Bandung jika menggunakan angkutan umum. Dimulai dari kereta api. Kita bisa pilih kereta api argoparahyangan. Jika tidak sempat membeli tiket kereta yang onlinenya kita bisa naik yang alin. Travel salah satunya. Travel baraya , daytrans dan lain-lain.
Jika kita menggunakan android ada Traveloka untuk pemesanan kereta api. Â Ada Tiketux untuk pemesanan travel. Saat ini semuanya dimudahkan lewat handpone. Semua ada di genggaman. Namun tidak semua orang bisa begitu. Ada saat-saat ketika kita tidak punya pulsa dan kuota. ada saatnya kita terburu-buru sehingga mengambil keputusan mendadak dan tanpa rencana yang akhirnya kembali ke jadul. Naik bus.
Bus primajasa adalah salah satu alternative jika kita terburu-buru akan ke bandung. Tiket seharga 75.000 sudah langsung duduk manis di kursi empuknya. Tanpa booking tinggal datang ke Poolnya yang di Cililitan, disana sudah menunggu bus-bus cantik yang akan mengantar kita ke tujuan.
Dari terminal Leuwipanjang kita naik bus Damri bandung yang nyaman. Berbeda sekali rasanya dengan bus Damri yang dulu. Damri yang dulu adalah padat, sempit dengan bangkunya yang keras. Namun saat ini damrinya nyaman dan empuk. Lebar dan sepi. Mungkin karena saat ini warga Bandung sudah meningkat kemampuan ekonominya. Sehingga sangat sedikit yang naik bus kota yang nyaman ini.
Dari sini saya naik angkot Toyota Hi-ACe jurusan lembang-station Bandung. Angkot tua namun tangguh. Dan perjalanan dekat yang padat dan macetpun dimulai. Jalur Bandung- lembang adalah jalur paling padat di sabtu minggu. Seakan semua penghuni bandung bergerak ke atas. Ke lembang. Kenapa lembang? Saat ini hampir semua pusat yang istagramable ada di Lembang. Karenanya semua orang pergi kesana. Â
Posisi Lembang yang berada di kaki gunung Tangkuban Perahu sangat menarik. Terlebih lagi adanya patahan lembang yang menyebabkan posisi lembang berada di lembah yang dingin dan segar. Setiap pagi di kota ini kita akan menyaksikan awan kabut dan embun yang terperangkap di sana. Suasana mistis seperti di alam lain akan terasa setiap saat matahari muncul. Â Pemandangannya sangat indah dan cantik. Dan karena itu banyak dibuat dan ditemukan arena dan lokasi menarik disini.
Angkot tidak bisa berjalan. Jalan raya penuh dengan kendaraan yang mengantri ke atas sana. Stuck. Sopir berinisiatip mencari jalan lain. Dan jalan alternatifnya memang tidak ada. Semua wilayah di antara lembang dan bandung ini sudah habis dikapling dan dimiliki oleh swasta. Baik pribadi maupun perusahaan. Tidak ada sama sekali jalan alternative kecuali anda kenal dengan satpam ataupun pemilik wilayah disitu.
Karena sopir kenal beberapa orang yang menguasainya , tentunya dengan beberapa rupiah akhirnya kami bisa tembus ke jalur alternative itu. Yaitu jalan cijengko. Sebuah jalan yang sempit. Jalan desa beraspal yang lebarnya hanya cukup 2 buah mobil roda empat, itupun pas banget. Karena ketika berpapasan maka kendaraan lawan harus mepet ke pinggir jurang yang dipenuhi kebun sayur dan rumah penduduk.Â
Posisi jalan Cijengkol ini tepat diantara bukit punclut di sebelah timur dan jalan raya lembang di sebelah baratnya. Sempit namun sepi. Jalannya naik turun mengikuti kontur tanah yang berbukit-bukit. Perlu sopir berpengalaman untuk menggunakan jalan ini. Â