Sebetulnya dengan tidak mudik saya bersyukur. Karena ternyata itu merupakan keharusan yang sudah digariskan Nya.
Kita hidup dan bekerja di kota Jakarta. Berbuat salah dan benar di Jakarta. Sehingga ketika berlebaran di kampung sebetulnya adalah sesuatu yang salah. Karena disaat halal bihalal saling meminta maaf dan memaafkan justru kita melakukan kepada orang yang benar.
Kita berbohong dan bercanda kepada tetangga dan teman kita yang orang Betawi asli yang tidak mudik. Seharusnya kepada mereka duluan lah kita berlebaran.
Namun ini Indonesia. Semua yang janggal dan aneh ada di sana.
Berlebaran di kampung halaman adalah menyenangkan. Entah itu menyenangkan istri atau suami. Atau orang kampung yang akan kita tuju. Disana akan bertemu orang orang baru dan teman lama. Namun yang dicari adalah istirahat dan ngecas jiwa setelah satu tahun penuh bekerja keras di Jakarta yg keras dan cepat.
Bagi saya yang orang Betawi keturunan Jawa. Kedua orang tua dan saudara handai taulan tinggal di Jakarta. Namun karena beristrikan orang Madiun maka ikut lah pulang kampung. Dan menikmati lebaran di kampung nya.
Tidak mudik adalah suatu berkah bagi saya. Karena akan keliling Jakarta untuk silaturahmi dengan semuanya. Lebaran lebih terasa. Namun ujung ujungnya yang dinikmati dalam lebaran yang tidak mudik adalah bisa tidur lebih lama. Lebih lelap. Lebih memulihkan tenaga. Lebih banyak waktu untuk beristirahat dan bersilaturahmi.
Jika sudah bosan beristirahat maka bisa ke tempat hiburan seperti Ancol kebun binatang ragunan dan lain lain.
Berlebaran adalah bersilaturahmi intinya. Dimana pun itu. Mudik atau tidak mudik.
. Mudik atau tidak mudik. Menikmati Jakarta yang lengang dan sepi adalah hadiah lebaran bagi warga Betawi.
Pulang Sono ntar Dateng lagi ye.. bawa adeknya kakaknya tetangganya. Kita mah senang aja.