Menjalani hari hari di Jakarta terasa seperti belajar hidup. Belajar bersabar dengan teman, tetangga dan sanak family. Ketika kita berada di luar rumah rasanya ada yang hilang dan selalu kurang. Namun biasasnya sata berada di dalam rumah jiwa menjadi tenang. Dan rasanya tubuh dan tenaga kita seperti sebuah baterai yang di cas. Keluarga adalah tempat kita memulai hidup dan mengakhiri hari, dan saat berpuasa seperti di bulan Ramadan ini ikatan batin keluarga akan menjadi semakin kuat.
Kami sekeluarga berpuasa, Alhamdulillah anak kami yang sudah berumur 10 tahun sudah mamu berpuasa full 30 hari tanpa batal sekali pun.
Setiap sahur dan berbuka kami melakukannya dengan bersamaan, walaupun selera kami berbeda-beda makan yang disajikan selalu habis. Jarang tersisa banyak. Menu berbuka kami adalah khas orang Jakarta, lontong dan gorengan yang disiram kuah kacang pedas.  Sedangkan untuk putra kami yang tidak suka lontong dan gorengan biasanya langsung makan besar, makan nasi dan lauk pauk. Mungkin masih kecil sehingga selera makannya belum bervariasi. Entah kenapa kami sekeluarga kurang menyukai korma. Padahal enak dan mengenyangkan.  Atau karena itu yang bikin kami kurang suka. Makan satu buah saja  kenyangnya sampai sahur.
Lontong yang isinya sayur, kadang oncom adalah menu utama takjil kami. Dimasukan dalam mangkok terus diatasnya di tambahkan bakwan atau tempe yang di suir-suir dan terakhir disiram sambel kacang. Wuih.. nikmat dan cukup menghilangkan lapar puasa kami. Dan ini adalah menu utama kami. Biassanya setelah makan beginian maka makan makan yang lain dilakukan setelah sholat magrib ataupun setelah taraweh. Entah kenapa .. tanpa kedua pasangan itu berbuka terasa hambar. Di Jakarta makanan ini dapat dengan mudah di temui di sepanjang jalan dan mulut-mult gang.
murah meriah dan mengenyangkan. hanya berbuka dengan ini saja istri saya sudah tersenyum lebar. Hati senang istri senang.
Saat sahur semua bangun, walaupun istri tidak sedang puasa. Dia yang akan menyiapkan segalanya. Karena jika saya yang menyiapkan segalanya . pasti sahurnya cukup nasi putih dan telor dadar. Itu cukup bagi saya dan anak saya. Namun tidak bagi istri saya. Harus ada sayuran, harus ada tempe goreng.
Nasi putih dan telur dadar sudah cukup memenuhi kebutuhan makan sahur kami, biasanya ditutup dengan pisang ambon dan air putih. Walaupun sederhana namun berkah. Sedikit namun kenyang. Tidak harus ada ayam goreng ataupun daging panggang. Yang penting syarat sahur terpenuhi.
Bagi kami puasa itu menyatukan keluarga. Karena di bulan puasa ini kita berbuka bareng, sahur bareng. Sahalat tarawih berjamaah. Di bulan ini tabiat anak akan terbentuk kuat. Karakter kita akan terlihat. Di bulan ini kita semua dilatih menjadi manusia yang berguna bagi keluarga khususnya, bagi umat manusia pada umumnya.
Penutup dari catatan kecil ini adalah pesan ALLah kepada kita..
Hai orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu. (QS. At tahrim [66]:6)
Semoga kita selalu dilindungi olenNya dari api neraka, semoga puasa esok hari lebih nyaman. Tetap sehat dan kuat dalam menjalani ibadah ramadhan ini.