Mohon tunggu...
Arief Budimanw
Arief Budimanw Mohon Tunggu... Konsultan - surveyor

rumah di jakarta..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Membaca Kembali Babad Tanah Jawi

4 Maret 2018   02:01 Diperbarui: 4 Maret 2018   02:44 1740
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Buku murah namun ilmunya berlimpah. Itulah yang saya rasakan ketika mendapatkan buku ini kemarin di Gramedia Matraman. Buku yang disusun tahun1941 oleh W.L Olthof ini penuh informasi penting tentang sejarah tanah Jawa khususnya kerajaan Mataram. Wajar jika sampai 800 halaman.

Teks aslinya memuat silsilah raja-raja Jawa. Namun didalam buku ini tidak ada. Namun penulisannya cukup enak untuk diikuti karena sudah menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan penceritaannya mudah dicerna. Intinya buku ini mengisahkan awal dan perjalanan kerajaan Mataram. Intrik dan politik  kerajaan. Juga bagaimana mengelola suatu Negara.

Dikisahkan bagaimana Jaka Tingkir mencoba masuk kembali kedalam lingkungan kerajaan Demak setelah dia diusir karena secara sengaja membunuh calon prajurit tamtama kerajaan demak bernama Ki Dadung Wawuk saat penerimaan prajurit  tamtama baru karena tidak suka melihat wajahnya. Bagaimana cara dia membuat kekacauan suatu kota dan menjadi pahlawan atas kekacauan itu.

Dikisahkan juga bagaiman mengelola Negara, yaitu saat Senopati ing alaga berpesan kepada pangeran Benawa saat akan menjadi raja pajang.. adapun pesannya sebagai berikut:  "Dalam memimpin Negara jangan sampai kurang hati-hati. Harus punya 3 orang yang mampu dalam 3 perkara. Yaitu pandita,  petang iladu ning alak-alak [ahli nuju] dan ahli petapa. Jika kau dalam kesulitan, tanyalah kepada pandita. Jika ingin tahu yang belum terjadi bertanyalah pada petang iladu ning palakiyah. Jika ingin tahu perkara kesaktian bertanyalah kepada ahli petapa".

Dalam setiap tokoh utama didalam kisah yang ada dalam buku ini selalu ada orang-orang yang membantu di belakangnya. Tidak pernah mereka berjuang sendirian dan menang. Semua tokoh yang berjaya selalu ada penasehat, selalu ada pembisik yang selalu tahu  selangkah lebih maju.Mereka yang lebih tahu apa yang akan terjadi kelak.  Weruh sedurung winarah. Dan mereka-mereka ini dicatat oleh sejarah. Ada Sunan Kalijaga yang selalu memberikan arahan dan nasihat kepada Jaka Tingkir. Ada Sunan Kudus yang selalu memberikan bimbingan kepada Aryo Penangsang.

Masih banyak kisah kisah yang menarik lainnya . Tipu-tipu kotorpun banyak diceritakan dalam buku ini. Salah satunya ketika Pangeran Arya mataram yang menyatakan diri  sebagai raja grobogan diminta datang ke Jepara oleh Tumenggung Mangun Oneng untuk diangkat sebagai raja tanah jawa. Namun ketika datang bersama putra dan menantunya sang pangeran malah ditangkap dan dibunuh, Sinengkalan 1645.  

Buku ini ditutup dengan pembagian kekuasaan mataram oleh kompeni belanda tahun 1647. Buku ini harusnya menjadi buku yang wajib dipelajari disetiap sekolah dasar ataupun lanjutan. Karena memuat pengetahuan dasar suatu negara. Penuh dengan cerita rakyat ,Juga legenda yang ada di masyarakat jawa.

Dengan buku ini kita bisa tahu mitos mitos lain yang berkembang di masyarakat jipang terkait dengan Arya Penangsang misalnya sangat banyak. Misalnya ada cerita yang mengatakan bahwa sesekali aliran sungai Sengawan Solo yang berada disekat makam airnya berwarna merah darah. Darah itu diyakini berasal dari darah Arya Penangsang saat terluka terkena Tombak Kyai Plered. Mitos ringkikan kuda  "Gagak Rimang" di sekitaran Bengawan Sore. 

Buku adalah ilmu yang cuman berguna kalau dibaca. Selamat membaca.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun