Mohon tunggu...
Arief Bharata Al-Huda
Arief Bharata Al-Huda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pernah belajar di SMK Farmasi, Fakultas Psikologi, Magister Manajemen, Magister Psikologi, Certified Hypnotist, & Cerfitied Hypnotherapist di Yogyakarta. Sedang berjuang menempuh studi Doktoral Manajemen. Aktif sebagai Konselor Psikologi Anak & Remaja, serta personil band pada suatu grup band Sekolah Swasta di Yogyakarta. Aktif pula menjadi pembimbing mental dan rohani di Rutan & Lapas di Yogyakarta. Nyantri & ngaji pada suatu Pesantren di Wirobrajan, Yogyakarta & Sumberjo, Karangmojo, Gunungkidul.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kibarkan Merah Putih ½ Tiang untuk RI 5

9 Juni 2013   05:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   12:19 270
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Betapa mengagetkan kita semua, tidak hanya bagi keluarga besar PDIP, tapi juga seluruh warga negara Indonesia, ketika semalam menyaksikan dari media televisi bahwa berita duka wafatnya Bapak Ketua MPR RI. Beliau merupakan Bapak Bangsa bagi kita semua. Kiprah jasa beliau bagi negara Indonesia ini sangat luar biasa, sehingga sangat layak beliau untuk dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata nanti pukul 11.00.

Dengan demikian, menurut Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 1958, maka selain bendera kebangsaan merah putih sebagai penutup peti jenazahnya, kita juga mengibarkan bendera kebangsaan merah putih setengah tiang. Sebagaimana aturan tersebut, bendera dinaikkan dahulu sampai ke ujung tiang, dihentikan sebentar dan kemudian diturunkan kembali. Seperti yang sudah dicontohkan pada tiang bendera di kantor pemerintahan atau jalan protokol, maka pengertian setengah tiang bukanlah dalam arti yang sebenarnya, namun diperkirakan sekitar ¾ tiang. Bila akan diturunkan, maka bendera dinaikkan dahulu sampai ke ujung tiang, lalu diturunkan kembali.

Beliau lahir di Jakarta, 31 Desember 1942, ayahanda beliau berasal dari Sumatera Selatan, dan ibunda beliau berasal dari Minangkabau. Beliau menikah dengan Ibu Dyah Permata Megawati Setyawati Sukarnoputri atau umumnya lebih dikenal sebagai Ibu Megawati Soekarnoputri pada tahun 1973. Beliau juga meninggalkan 2 putra dan seorang putri, yaitu : Mohammad Rizki Pratama, Mohamad Prananda Prabowo, dan Puan Maharani Nakshatra Kusyala.

Pada tahun 2011 lalu, beliau sempat menjalani operasi pergantian batere pada alat pemacu jantungnya. Pada hari ini, pukul 18.00, beliau wafat di Singapura. Semoga segala amal kebaikan beliau diterima oleh Allah SWT. Semoga seluruh keluarga yang ditinggalkannya, diberi ketabahan. Selamat jalan bapak bangsa…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun