Mohon tunggu...
Arief Bharata Al-Huda
Arief Bharata Al-Huda Mohon Tunggu... wiraswasta -

Pernah belajar di SMK Farmasi, Fakultas Psikologi, Magister Manajemen, Magister Psikologi, Certified Hypnotist, & Cerfitied Hypnotherapist di Yogyakarta. Sedang berjuang menempuh studi Doktoral Manajemen. Aktif sebagai Konselor Psikologi Anak & Remaja, serta personil band pada suatu grup band Sekolah Swasta di Yogyakarta. Aktif pula menjadi pembimbing mental dan rohani di Rutan & Lapas di Yogyakarta. Nyantri & ngaji pada suatu Pesantren di Wirobrajan, Yogyakarta & Sumberjo, Karangmojo, Gunungkidul.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pertamax Users Tidak Terpengaruh Naiknya BBM?

18 Juni 2013   20:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   11:48 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Terusik bukan karena naiknya BBM (Premium, dkk.), tetapi justru karena motor estewe (Tahun 2005) saya manjakan dengan Pertamax sejak 2 tahunan yang lalu. Bukan motor sport yang memang dibutuhkan minum Pertamax, sekedar motor bebek dengan pemakaian harian jalanan perkotaan yang singkat (kurang dari ½ jam sekali geber sudah sampai).
Mau bagaimanapun, kenaikan BBM tidak sekedar naiknya BBM. Sekedar hembusan isu BBM mau naik saja, itu sudah menjadi alasan kuat untuk menaikkan harga barang dan jasa apapun itu. Mungkin hanya emas saja yang malah turun (cuma kebetulan?).
Memutuskan untuk menjadi pemakai Pertamax bukanlah perkara simpel bagi rakyat kecil dengan take home pay sebagai guru SD swasta seperti saya ini. Banyak pertimbangan yang untuk menjadi pemakai Pertamax, antara lain:
1. Alasan keteknisian, seperti : mesin lebih awet, bersih, suara halus di kecepatan di atas 80 kpj sekalipun, tarikan enteng, dsb.
2. Alasan idealis, selalu menjadi penuh debat karena seringkali tidak rasional. Sebagai wara apalagi guru, tentunya menjadi teladan (baca: http://edukasi.kompasiana.com/2013/04/03/guru-tuh-jadi-teladan-gak-cuma-buat-anak-didiknya-tapi-juga-orangtua-dari-anak-didiknya-547399.html).
Banyak manfaat yang diperoleh dengan menjadi member of Pertamax atau Pecinta Pertamax. Namun, dengan kenaikan BBM, sebenarnya tidak berhubungan langsung dengan pemakaian Pertamax, hanya saja itu berpengaruh terhadap kenaikan barang-barang kebutuhan harian, sembako misalnya. Jangan lupakan, uang sekolah (SPP) pun menjadi wajar (diterima tanpa protes) untuk naik. Tak luput pula parkir kendaraanpun menjadi logis untuk naik, ya..apapun itu kecuali emas tadi yang mungkin saja kebetulan?
Sidang membahas keuangan keluarga menjadi agenda setelah sidang senayan semalam, harapan berkata, “Bukan mengurangi pengeluaran, tetapi menambah penghasilan untuk memenuhi kebutuhan.”
Menyadarkan wara yang seharusnya menjadi pemakai Pertamax bukanlah pekerjaan mudah bagi pemerintah apalagi guru SD swasta seperti saya yang ‘berusaha’ untuk meneladani. Mereka juga memiliki alasan yang tak kalah logis untuk setia memakai Premium. Kecuali memang ada strategi lain untuk ‘memaksa’ pemakai Premium untuk beralih kepada Pertamax. Karena dengan naiknya BBM (Premium, dkk.) tidak hanya berpengaruh bagi para pecinta Premium, tapi juga pecinta Pertamax. Secara ekstrim, bahkan selintas saya mengusulkan biarlah Pertamax & golongan di atasnya yang naik, karena pengaruhnya tidaklah signifikan terhadap kenaikan harga barang/jasa. Biarlah kami yang berkorban demi kehidupan yang jauh lebih luas. Salam Cinta Indonesia!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun