Keduanya tentu sudah sesuai dengan kaidah yang ditetapkan oleh WHO. Namun di beberapa negara, sudah marak diterapkan juga alat tes (kit) yang lebih praktis dan dapat memberikan hasilnya dalam waktu hanya beberapa jam saja.
Kit inilah yang menjadi biang keladi dari melonjaknya angka penderita virus corona di berbagai negara, terutama Amerika Serikat. CDC pun mengakui kalau pengujian tanpa kit yang sebelumnya memang belum sempurna sehingga dapat meloloskan pasien-pasien dengan kondisi false negative.
Andaikan kit ini nantinya juga sudah sampai dan digunakan di Indonesia, sudah pasti angka penderita virus Corona akan kembali melonjak. Ini adalah konsekuensi logis dari diterapkannya metode uji yang memiliki tingkat akurasi lebih tinggi.
Lantas apakah opsi memperkecil jumlah uji dapat menekan kepanikan di masyarakat akibat jumlah penderita yang kian bertambah?
Jawabannya tentu saja tidak. Kita tetap membutuhkan angka-angka itu agar didapatkan data yang lebih valid mengenai laju kematian (lethality rate) dan parameter kinetika lain yang berhubungan dengan virus Corona tipe baru ini.
Namun angka-angka tidak seharusnya membuat kita terlalu terobsesi. Biarkan saja angka itu terus bertambah, sambil kita fokus melindungi diri, keluarga, dan lingkungan di sekitar kita.
Obsesi berlebihan hanya akan menimbulkan kepanikan yang kian meluas tanpa dorongan untuk mengefektifkan prosedur pencegahan. Mari hentikan obsesi dan mari lebih fokus pada solusi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H