Permasalahannya, sentra produksi cabai di Indonesia masih belum merata. Sentra-sentra utama masih terdapat di pulau Jawa. Sehingga apabila sentra tersebut terganggu sedikit, semisal oleh cuaca atau penyakit, maka terganggulah pasokan cabai nasional.
Tentu saja sentra produksi cabai di Sulawesi dan Kalimantan sudah berkembang cukup lama. Dalam kondisi minim pasokan seperti sekarang pun cabai di Jawa berasal dari luar pulau sana. Akan tetapi, ongkos distribusi cabai yang melewati lautan itu hampir tak mungkin diturunkan.
Opsi lainnya adalah dengan meningkatkan luas lahan produksi cabai di pulau Jawa. Namun langkah ini berpotensi saling sikut dengan kebutuhan lahan bagi kawasan industri dan perumahan.
Lantas bagaimana dengan penerapan teori seperti integrated farming atau precision farming yang digaungkan oleh para akademisi? Teori yang memungkinkan input energi sekecil-kecilnya untuk menghasilkan produk dalam jumlah banyak dan bernilai jual tinggi.
Teori tersebut tentu sudah teruji secara ilmiah dan terbukti mampu mendulang keuntungan di negara-negara lain. Hanya saja, merealisasikannya tidak semudah dan secepat yang dibayangkan.
Diperlukan investasi yang tidak sedikit dengan perencanaan yang benar-benar matang untuk dapat melakukan ekspansi tersebut. Mulai dari investasi alat, investasi diklat SDM, hingga investasi untuk menjaga ketahanan dan keberlanjutan produksi di masa peralihan sistem.
Berharap petani mengalokasikan keuntungannya untuk perlahan memerhatikan aspek ini pun terlihat hampir mustahil. Pasalnya pemenuhan aspek kesejahteraan mereka jauh lebih prioritas di tengah himpitan kebutuhan pada zaman yang serba mahal.
Belum lagi potensi tidak tercapainya target panen dan harga beli hasil panen yang begitu murah. Membuat otak petani dipaksa berpikir cara bertahan hidup dari hari ke hari meskipun sudah memiliki lahan dalam satuan hektar.
Maka dari itu, mari berhenti merundung petani jika harga cabai dan hasil tani lainnya sedang meninggi. Karena mereka pun juga mengalami kesulitan tersendiri. Kesulitan untuk hidup pas-pasan sambil terus bekerja keras demi memenuhi kebutuhan pangan bagi rakyat di negeri ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H