Membicarakan sebuah karya besar yang mampu disetarakan dengan karya-karya master peace dunia tentu akan menjadi bahan tertawaan bilamana dalam karya tersebut tak mencakup kandungan unsur cerita yang dibangun berdasarkan pada riset, kausalitas, literatur analitik serta memenuhi sentuhan inspiratif yang mengacu pada narasi ekspositorik, informatif dan narasi artistik.
Penekanan pada unsur naratif dalam merangkai sebuah cerita sangatlah mutlak diperlukan bagi penulisan karya novel berkelas premier. Semakin piawai dalam mengolahnya maka semakin menarik bobot ilustrasi cerita yang disampaikan akan  mampu membuat pembaca larut dan hanyut menyelami kandungan yang dijabarkannya oleh penulis.Â
Untuk itu pemahaman yang luas dalam mengeksplorisasi sebuah narasi sangatlah penting bagi lahirnya sebuah karya sastra bernilai tinggi hingga layak disandingkan dengan karya-karya besar dunia menjadi pantas dan dapat terwujud.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia ditemukan bahwa narasi adalah penceritaan suatu cerita atau kejadian (Tim Penyusun Kamus, 1995:685). Sedangkan menurut Keraf(1985:135), bahwa narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.Â
Oleh karena itu, unsur yang penting pada sebuah narasi  adalah unsur perbuatan atau tindakan. Pendapat Keraf didukung oleh Arief Akbar Bsa yang menyatakan bahwa narasi adalah suatu karangan atau wacana yang mengisahkan atau menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dalam suatu rangkaian tempat dan waktu.
Dalam hal ini Arief Akbar Bsa mengkaitkan secara khusus kekuatan pada unsur naratif akan semakin komprehensif bila rangkaian cerita tersebut disematkan menjadi kisah perjalanan literasi analitik sejalan dengan proses seni penyusunan kerangka cerita di dalam historial laku pementasan drama yang berkesinambungan agar mampu mempengaruhi konsep alur cerita yang sedang dibangun.Â
Hal itu selaras dengan konsep cerita yang sedang disusunnya melalui novel Jemari Jingga dengan mengadopsi sang pelukis srikandi yang harus mengumpulkan sepuluh lukisan sandal menjadi satu bagian tak terpisahkan merangkum kausalitas sepuluh unsur yang dianalogikan dengan sepuluh lukisan akan terbentuk sepuluh jari jemari yang menyatu dalam munajat menengadah dua tangan melantunkan doa tentang ketuhanan dan penghambaan.Â
Sepuluh unsur yang ada dalam sepuluh jari Tuhan inilah menjadi wujud kisah Jemari Jingga yang mengisahkan perjalanan sang tokoh Purwadana melewati 10 unsur dalam mencari keberadaan sosok Ranggita yang dicintainya.
Dengan pengisahan peristiwa ini penulis berharap dapat membawa pembaca kepada suatu suasana yang memungkinkannya seperti menyaksikan atau mengalami sendiri peristiwa itu.Â
Menurutnya, unsur penting yang membedakan karangan narasi dengan deskripsi adalah karangan narasi mengandung unsur utama berupa unsur perbuatan dan waktu. Kedua unsur  tersebut terjalin dalam keutuhan tempat  dan waktu,(Pentas drama Maling Sandal 2020).
Narasi tidak selalu bersifat fiktif imajinatif yang menggunakan daya khayal sebagai bahannya. Hal ini tentu bergantung pada bahan serta tujuannya. Ada karangan narasi yang berasal dari kenyataan yang disajikan untuk memperluas pengetahuan atau wawasan pembacanya.Â