Mohon tunggu...
Arief Shidiq
Arief Shidiq Mohon Tunggu... -

Tukang gambar yang mencoba memvisualkan diksi dan mendiksikan visual

Selanjutnya

Tutup

Politik

Penguasaan Opini: Bersatu dan Bergerak Bersama Masyarakat

27 Maret 2013   17:15 Diperbarui: 24 Juni 2015   16:07 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13644043001411158309

Mahasiswa boleh kuat mengkritik tapi tak ada salahnya juga merasakan kritik. Dari dominannya warna buruk mahasiswa tentu ada saja warna bersih dari elemen tertentu mahasiswa. Tapi karena birahi media yang lebih terpacu menangkap dalam lensa peristiwa-peristiwa semisal anarkisme, pengrusakan, bentrok dua kubu massa, ataukah peristiwa-peristiwa lain diluar kata damai akhirnya menciptakan stigma umum bagi mahasiswa. Tapi setidaknya lewat media juga tersampaikan ketidak mapanan mahasiswa dalam melakukan advokasi opini terhadap sebuah kasus. Penguasaan dan advokasi opini menjadi lahan tersubur mahasiswa untuk menjamurnya suara-suara kritis, baik berupa gugatan maupun tawaran solusi. Pada lahan-lahan lain seperti dewan perwakilan, peradilan, dan pemegang tampuk kekuasaan mahasiswa akan sulit berkembang. Ditandai dari tiap akhir pergolakan tidak pernah terbentuk pemerintahan mahasiswa, tapi ini bukan wujud kegagalan perjuangan mahasiswa. Penguasaan opini berhasil ketika menyentuh tiga poin. Yang pertama, masyarakat melek masalah dan ikut marah terhadap makar elit peguasa, karena dari sini advokasi mahasiswa akan mendapat dukungan besar rakyat dan memutus loyalitas rakyat kepada penguasa. Yang kedua, adanya metode edukasi atau pemahaman masalah yang tepat kepada masyarakat. Yang ketiga, masyarakat tidak hanya dibuat marah tapi juga di pahamkan pada solusi pengentasan masalahnya. Anggapan masyarakat bisa berkreasi sendiri pada masalah hidupnya lewat jalan demokrasi rasanya kian reot. Harus ada langkah tegas untuk angkat kaki dari zona demokrasi. Area kemasyarakatn bukanlah area kosong tanpa ditengok Tuhan. Karena jika didasari paham seperti itu, maka nafsu dan kepetingan yang akan mengisi area kosong itu. Dalam perumusan pola kehidupan kemudian, tentu terselenggara dengan duduk-duduk rembuk, semua hal dimusyawarahkan. Tujuannya agar tercipta kebaikan bersama dan semua golongan sama-sama enak. Musyawarah dikatakan sukses jika menampung semua kepentingan golongan-golongan yang turut serta. Kalaupun tidak bisa memuat semua kepentingan maka paling tidak ada keuntungan bersama yang bisa dibawa pulang. Semua warna dicampurkan hingga tak jelas lagi mana yang bersih dan mana yang kotor. Singkatnya dalam setiap solusi masalah akan termuat sedikit unsur haram dan sedikit unsur halal. Jelas daya rusak yang tercipta dari demokrasi, apapun variannya. Baik itu varian demokrasi kapitalis maupun demokrasi sosialis tetap cacat dari pondasinya, begitu juga material yang terbangun di atasnya, hingga orang-orang yang berdiam di dalamnya juga ikut rusak. Maka dalam penguasaan opini akan tercipta kontrol sosial. Dalam kontrol sosial masalah dan solusinya akan dinalar lewat mekanisme diskusi-diskusi, forum-forum ilmiah, berbagai propaganda dan agitasi, membangun komunikasi dan jaringan lintas elemen mahasiswa, aksi massa damai, dan penggiatan penyadaran lainnya kepada masyarakat kampus dan umum. Kecerdasan kolektif masyarakat mutlak untuk suatu perubahan yang luhur. Demi menghindari makanisme ini kembali menjadi ajang percampuran kepentingan yang menghasilkan kesimpulan dan model perjuangan pragmatis, maka mutlak harus berlandas pada ideologi yang benar. Ideologi itu adalah Islam, karena Islam tidak sebatas memerintahkan untuk taat dan khusu dalam ritual agama, tapi juga menetapkan aturan (syariat) yang memenuhi seluruh ruang interaksi sosial masyarakat. Islam akan menunjuki mahasiswa cara bergerak yang dinamis bersama masyarakat. Bagaimana caranya?. Bisa kembali kita beringan tangan membuka kembali catatan-catatn agung Islam dalam membentuk masyarakat madani, tak akan ditemukan duplikatnya dari catatan-catatan selain Islam. Islam mengarahkan manusia pada keberadaan sang Pencipta dengan logis lewat penciptaan dan keteraturan alam yang tunduk pada hukum tertentu. Lalu Islam mengenalkan potensi kemanusiaan kita dengan ajaran yang paling manusiawi, dengan memerintahkan hal baik dan melarang hal yang mencederai kemanusiaan. Islam juga tak lupa pada pola hubungan antar manusia, tersiratlah hukum-hukum tentang pendidikan yang mencerdaskan, ekonomi yang sangat merakyat dan jauh dari spekulasi, penjagaan jiwa dan darah umat manusia (muslim dan non muslim), penjagaan akal manusia, penjagaan harta benda, melestarikan spesies manusia, menjaga keamanan dan ketertiban , hukum pidana tegas yang menutup kemungkinan ada pengulangan pelanggaran. Keparipurnaan hukum ini memutlakkan mahasiswa dan masyarakat harus berbicara tentang Negara sebagai instrument pelaksana, jika tidak maka keparipurnaan Islam hanya jadi dongeng-dongeng intelektual. Itulah negara Khilafah yang tak bosan harus terus digemakan. Dengan Islam arah gerakan mahasiswa tak akan serampangan lagi dan timbul anggapan “yang penting protes”.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun