Mohon tunggu...
Arief Kh. Syaifulloh
Arief Kh. Syaifulloh Mohon Tunggu... Pengacara - Advokat, Teacher, Writer, Designer, Reseacher and Jurnalist

reading, writing, explorating, research and jurnalism

Selanjutnya

Tutup

Politik

Indonesia Bukan Negara Biasa

18 Mei 2014   18:59 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:24 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua berkibar secara jumawa bak pejuang atau pahlawan yang rela berkorban tanpa pamrih dengan ikhlas selalu mengedepankan rakyat dalam jargon setiap kata-kata yang keluar dari mulutnya yang baunya tidak karuan karena sudah tak jelas makanan apa yang telah masuk dalam perut sebagai politisi.
Halam haram sekedar pembatas kata-kata tanpa makna manakala kepentingan perut naik menjadi urutan pertama dalam prioritas pencapaian kemenangan pribadi. Terutama makanan yang mengandung pembelaan kepada rakyat jelata itu santapan istimewa di meja sajinya untuk dinikmati bersama rekan sejawatnya yang sama-sama mengagungkan ideologi yang tidak berbeda.
Bagi penguasa media apapun itu bentuknya baik cetak, elektronik dan ssbagainya ini bagian dari corong untuk melantangkan dan pembenar pembelaannya menurut ajaran yang diyakininya benar, sehingga rakyat yang membaca, melihat dan menerima berita akan semakin kebingungan nama hakekat kebenaran yang akan diikutinya karena headline media adalah pesanan pemilik modal yang berpolitik.
Secara gampang bisa dilihat bagaimana di bulan april kemaren rakyat diajak bersama mendukung caleg dengan visi dan misi partai politik dan kontrak politik caleg namun saat uni harus diciderai janji-janjinya untuk saling meminang antara partai demi kursi jabatan menteri, presiden dan wakilnya.
Seolah ideologi tidak ada lagi karena penentu kebijakan koalisi adalah suara nasional terbanyak, sedang partai kecil seolah tanpa pilihan apalagi rakyat pemilihnya.
Gagasan dan pikiran rakyat basi sebelum dikomsumsi karena dianggap susah untuk dicerna dan inilah kelemahan sistem koalisi karena jargon perjuangan pasti akan saling disesuaikan antara kepentingan masing-masing partai.
Rakyat sebenarnya tidak butuh wakil diparlemen seperti saat kampanye caleg selalu digembar-gemborkan oleh politisi, yang dibutuhkan rakyat adalah jaminan regulasi untuk bisa mengakses berbagai fasilitas sarana dan prasarana yang memadahi dan jaminan ketersediaan perekonomian sehingga inflasi bisa ditekan sedemikian rendah.
Ini hanya sekedar catatan dari obrolan pinggir jalan untuk mengoreksi politisi yang jauh dari hati para pemilihnya.
Mudah-mudahan Indonesia menjadi lebih baik nanti ditangan siapapun yang akan terpilih sebagai kepala negaranya, bisa membuka mata dan tidak apatis bahwa kebijakan saat ini sudah baik dan benar. Membuka wawasan yang seluas-luasnya bahwa negara ini masih bisa jauh lebih hebat lagi diatas bangsa-bangsa lain didunia terbukti sumber daya alam kita banyak sekali yang masih dikuasai oleh negara asing bahkan dihabiskannya tetapi kita tidak pernah mati. Salam Indonesa Damai.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun