Mohon tunggu...
ARIEF SYAMSUDDINMUHAMMAD
ARIEF SYAMSUDDINMUHAMMAD Mohon Tunggu... Guru - Guru Pendidikan Umum dan Penceramah Agama
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hallo saya Guru dan Penceramah Agama di Ponpes Ath-Thohiriyyah Blawirejo Kedungpring Lamongan Jawa Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Asal-usul Desa Tlanak atau Kedungpring di Kabupaten Lamongan

7 Februari 2024   05:00 Diperbarui: 7 Februari 2024   05:09 547
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Pada zaman dahulu kala ada kesatria yang gagah berani bernama Suro Jenggolo. Dia selalu melakukan perjalanan dengan menunggangi kuda putihnya salah satu hal yang memudahkan orang mengenalinya adalah topinya, yang menyerupai lupang kenteng. Suatu hari ia menemukan sebuah hutan yang lebat disana terdapat pohon bambu. Ia pun mendapat ide untuk mengubah hutan tersebut menjadi wilayah pemukiman warga, dengan kerja kerasnya akhirnya ia berhasil membuat pemukiman warga.

Pada zaman penjajahan belanda ketentraman warga mulai terusik karena belanda berusaha menguasai wilayah tersebut, tapi suro jenggolo tidak tinggal diam ia memimpin warga untuk mempertahankan wilahyanya. Suatu ketika penjajahan belanda membunuh suro jenggolo. Dengan memakai topi lumping kenteng dan kuda putihnya ia melarikan diri dari kejaran para penjajahan belanda. Ia menunggangi kuda putihnya berlari kencang hingga sampai di suatu kedung yang di sekelilingnya terdapat banyak pohon bambu. Suro jenggolo langsung membuang topi lumpang kempingnya ketepi tebing kemudian dia dan kuda putihnya melompat kedalam kedung tersebut.

 Para penjajah tidak berhasil menangkapnya mereka hanya menemukan topi lumpang kenteng yang dipakai suro jenggolo yang di tepi kedung. Semua pasukan di utus untuk mencarinya dan menunggu kedung hingga suro jeggolo keluar. Tapi setelah lama mencari dan menunggu suro jenggolo tidak ditemukan. Akhirnya kabar hilangnya suro jenggolo terdengar seluruh penduduk desa, mereka menganggap suro jenggolo sudah meninggal,padahal suro jenggolo belum meninggal, ia pergi ke suatu tempat untuk menyelamatkan diri, tetapi warga desa sekitar salah pendapat bahwa suro jenggolo menceburkan dirinya ke sumur, padahal tidak. Ia masih hidup di suatu tempat. Pada suatu hari suro jenggolo pergi kembali ke desa tersebut dan ingin membunug para belanda, namun ide suro jenggolo di cium oleh para belanda. Belanda mengetahui bahwa suro jenggolo masih hidup dan mengejarnya kembali , samapi ke sumur itu lagi, dan untuk menyelamatkan diri suro jenggolo benar-benar menyeburkan dirinya ke dalam sumur tersebut dan belanda mengetahuinya sendiri dengan matanya, lalu berita tersebut di sebar keseluruh desa , dan warga desa mendengarnya,  untuk mengenal jasa-jasa suro jenggolo akhirya penduduk desa memberi nama desanya dengan nama KEDUNGPRING, karena suro jenggolo mencebur kedalam kedung yang di sekelilingi banyak pohon bambu yang bahasa jawa disebut pohon pring.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun