Mohon tunggu...
Arief Alfiandry
Arief Alfiandry Mohon Tunggu... Dosen - Praktisi HR, Pengajar di sebuah Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta

Menyukai Musik, Film dan Buku

Selanjutnya

Tutup

Book

Empati, Resensi Buku Hit Refresh, Karya Satya Nadella bersama Greg Shaw dan Jill Tracie

20 Desember 2023   15:00 Diperbarui: 20 Desember 2023   15:06 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Book. Sumber ilustrasi: Freepik

Pelajaran yang dapat kita pelajari adalah tentang empati. Empati, dikutip dari situs alodokter.com adalah kemampuan untuk memahami apa yang dirasakan orang lain, melihat dari sudut pandang orang tersebut, dan juga membayangkan diri sendiri berada pada posisi orang tersebut. Empati memainkan peran penting dalam membangun dan menjaga hubungan antara sesama manusia. Nah terkadang, kita kurang peka terhadap lingkungan sekitar kita sendiri, bahkan juga seorang Satya Nadella.

Motivator, pembawa acara, dan penulis buku Awakening to Life (2018) Patricia Young dalam artikelnya “Why some people have a lack of empathy (and how to deal with them)” di situs Lifehack, 19 Mei 2018 menulis, ada beberapa tanda yang menunjukkan bila seseorang kurang punya empati.

“Orang tersebut biasanya sering mengkritik tanpa melihat perspektif orang lain, cenderung tampak dingin ketika melihat orang lain menderita, sangat percaya pada keyakinan kepercayaan dirinya, dan menilai mereka yang tak sepemahaman sebagai orang bodoh,” tulis Patricia dalam artikelnya.

Tanda selanjutnya, sebut Patricia, mereka sulit merasa bahagia demi orang lain, susah membuat atau menjaga hubungan pertemanan, dan sukar bergaul dengan keluarga. Mereka, tulis Patricia, akan bicara lebih banyak tentang diri sendiri, tanpa peduli cerita orang lain dan mengatakan sesuatu yang menyakiti orang lain.

Orang yang kekurangan empati, lanjut Patricia, kemungkinan dibesarkan dalam keluarga yang menghindari bersentuhan dengan perasaan mereka. Bahkan mengutuk orang lain karena merasakan emosi. Patricia melanjutkan, beberapa orang belajar untuk menutup perasaan mereka dan tak bisa merasakan perasaan mereka sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun