[caption id="attachment_227955" align="aligncenter" width="276" caption="Ilustrasi Taxi. Sumber: ransity.com"][/caption] Ceritanya, Jumat malam kemarin saya pulang ke Surabaya via Juanda. Sengaja saya mengambil flight jam 6 sore sehingga paling tidak saya masih sempat bermain dengan si kecil karena waktu penerbangan yang cuma 1 jam dari Jakarta. Menuju terminal kedatangan, terlihat istri saya sudah diluar menyambut saya. Kebetulan rumah istri dekat dengan bandara. Tadinya saya meminta tolong adek untuk menjemput dengan sepeda motor, sekalian dia pulang kerja. Sayangnya, hujan lebat baru saja turun jadi kondisi jalanan yang basah nan licin, juga masih terlihat rintik gerimis membuat pilihan satu-satunya hanya menumpang taxi. Saya picingkan mata mencari taxi komersil yang banyak berlalu lalang di area bandara. Herannya, meski saya sudah lambaikan tangan, tidak ada satupun taxi yang bersedia berhenti. Merekapun melenggang keluar area bandara Juanda Surabaya tanpa membawa penumpang. Ya sudah, pikir saya, terpaksalah saya menggunakan taxi Kokapura yang memang dikelola oleh Angkasa Pura (Kokapura = Koperasi Karyawan Angkasa Pura). Untuk bisa menggunakan layanan taxi Kokapura, kita tinggal membeli tiket di loket sisi kiri bandara dan mengantri di jalur yang sudah disediakan. Harga 1 tiket menuju area Waru (Perumahan Rewwin) sebesar Rp58.000 (parkir bandara gratis). Hari Senin pagi, saya kembali ke Bandara Juanda Surabaya. Dengan menumpang pesawat first flight jam 6 pagi, saya keluar dari rumah jam 4.30. Malam sebelumnya, saya sudah memesan 1 taxi komersil melalui telephone. Saya putuskan naik taxi karena hari masih pagi (selepas subuh) jadi tidak enak juga kalau minta antar hehe... Sesampainya di bandara, saya lihat argo taxi sebesar Rp31.000 (belum termasuk parkir). Wow, pikir saya, dengan asumsi ditambah ongkos parkir masuk sebesar Rp5.000 toh masih Rp36.000 (Rp31.000 + Rp5.000). Dengan asumsi menempuh rute yang sama, bedanya bisa Rp22.000. Sepanjang perjalanan ke bandara, saya menyempatkan diri untuk menanyakan, mengapa hari Jumat malam tidak ada satupun taxi komersil yang bersedia berhenti meski kosong. Penjelasan Pak supir taxi ternyata cukup mengejutkan, tidak diperbolehkan bagi taxi komersil untuk mengangkut penumpang di seluruh area Bandara Juanda, kecuali untuk menurunkan penumpang. Lanjut si bapak, kalau nekat untuk mengangkut penumpang, ancamannya cukup berat. Taxi komersil yang ketahuan mengangkut penumpang itu bisa dikenakan sanksi seperti dihukum mengelilingi area parkir hingga bensinnya habis atau disuruh menunggu di pool paling belakang taxi Kokapura hingga antrian habis, juga tanpa diperbolehkan megangkut penumpang. Well, saya tidak tahu apakah cerita Pak supir ini bohong atau tidak, tetapi memang pada kenyataannya tidak memungkinkan untuk menggunakan layanan taxi komersil untuk keluar area bandara. Kesan yang saya tangkap, operator taxi Kokapura memonopoli layanan taxi yang ada, dampaknya, konsumen hanya mendapatkan satu pilihan dan pilihan itu tentu beda tarifnya sangat jauh dan lebih mahal. Kapan ya kira-kira Bandara Juanda seperti Bandara Soekarno Hatta? Bagaimana dengan kisah teman-teman? Jakarta, 19 Februari 2013 04.15 WIB
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H