Saya pribadi patut mengakui bahwa meski fasilitas dan pelayanan bisa dibilang 'agak' kurang, tetapi busway sangat dibutuhkan terutama untuk kota besar seperti Jakarta. Hanya dengan Rp3.500, saya bisa berkeliling Jakarta dari ujung hingga ujung, tentunya selama tidak keluar dari shelter. Sejak datang di Jakarta, memang salah satu 'program uanggulan' saya adalah tidak membeli kendaraan pribadi (sepeda motor), sehingga praktis segala macam public transport menjadi senjata andalan saya.Nah, ada satu pengalaman yang kurang mengenakkan saat saya menggunakan Trans Jakarta (TransJ) dengan rute Blok M - Kota. Sepulang kerja, seperti biasa saya mengantri di shelter BI dengan tujuan Benhil/Semanggi. Menunggu sekitar 30 menit (terpaksa merelakan beberapa bus lewat karena penuh), saya memaksakan diri masuk kedalam bus bersama dua teman saya yang lain. Kondisi bus sangat penuh dan tidak ada ruang gerak. Mayoritas penumpang adalah orang kantoran seperti halnya saya, meski ada juga beberapa lainnya yang mungkin sekedar jalan-jalan. Sedari awal saya masuk, ada 2 orang berpakaian hitam, satu memakai jaket kulit dengan ciri-ciri fisik kurus, teman satunya memakai baju biasa di depan pintu masuk terdepan.Sepanjang perjalanan saya ngobrol santai dengan teman saya. Saat itu saya hanya memakai tas kecil dan isinya dompet, handphone, rokok, dll. Saya meninggalkan ransel dan laptop saya dikantor untuk memudahkan mobilisasi saya didalam bus karena pengalaman beberapa kali membawa ransel berakibat sulitnya saya bergerak, belum lagi tas saya mengganggu penumpang lainnya. Nah, saat mendekati tempat tujuan, seperti biasa petugas TransJ memberikan pengumuman tentang pemberhentian selanjutnya.. Perasaan tidak enak mulai muncul saat pintu bus terbuka, dimana sontak orang-orang segera meninggalkan bus. Orang dengan jaket hitam yang tadi saya ceritakan ini sepertinya secara sengaja memblokir jalan keluar saya, meski saya sudah memberikan ruang untuk dia pindah tetapi dia tetap bergeming. Saya otomatis mengambil jalan samping untuk keluar. Saat saya akan keluar bus, badan saya seperti tergencet oleh 2 orang, sayapun memaksakan diri keluar tetapi anehnya tas saya seperti tercantol/tersangkut sesuatu. Saya sudah berpikiran buruk, langsung saya sentak dan tarik saja tas kecil saya. Sekeluarnya dari bus TransJ, saya lihat tas saya sudah terbuka separuh dan handphone saya sudah mencuat keluar. Mungkin saja HP itu terambil jika seandainya HP itu tidak saya cas (saya menggunakan power bank karena batre HP sudah habis).Sekeluar dari bus, saya melihat kedua teman saya menatap saya dengan cemas. Ternyata, tas ransel mereka berdua juga ada yang terbuka. Untungnya tidak ada satupun dari kami yang kehilangan barang. Tuhan masih bersama kami ternyata hari itu. Sebenarnya saya sudah pernah diperingati oleh teman untuk lebih mengamankan barang berharga didalam TransJ karena beberapa hari sebelumnya dia juga kecopetan di rute yang sama.Saya hanya ingin share ke kawan-kawan sesama pengguna TranJ untuk lebih mengamankan barang bawaan, terutama barang berharga. Rute-rute strategis terutama jam berangkat dan pulang kantor rawan disusupi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab. Sebaiknya membawa uang secukupnya didalam saku celana, dan menyimpan barang berharga didalam tas. Jujur, kecopetan itu rasanya tidak enak, karena sebelumnya saya pernah kehilangan HP, kebetulan kala itu didalam mall/pusat perbelanjaan.Selamat berakhir pekan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H