Mohon tunggu...
Anam Ari Akbar
Anam Ari Akbar Mohon Tunggu... lainnya -

nyoba-nyoba nulis, semoga bermanfaat,\r\n\r\ntwitter: @anam_ari , instagram: anam_ari

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Muter-muter Ciwidey (ala Bolang)

31 Agustus 2012   13:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:05 6643
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Perjalanan ini diawali oleh kedatangan adik saya (D) dan satu orang temannya (H) untuk berlibur ke Kota Bandung. Sebelum mengeksplorasi Kota Bandung lebih jauh, mereka berdua ingin menikmati wisata alam (pedesaan) yang berada di daerah sekitar Kota Bandung. Karena objek wisata Tangkuban Perahu (daerah Lembang Bandung Selatan) yang notabene sangat terkenal di Bandung sedang ditutup untuk sementara waktu, Saya menyarankan kepada mereka berdua untuk berwisata ke daerah Bandung Utara yaitu daerah Ciwidey dan sekitarnya. Kenapa saya menyarankan berwisata ke Ciwidey? Saya cukup familiar dengan daerah ini karena sudah beberapa kali berkunjung ke daerah ini. Selain itu, objek-objek wisata yang letaknya berdekatan satu sama lain sehingga berwisata di daerah ini cukup memerlukan waktu satu hari (tidak perlu menginap). Akhirnya kami bertiga sepakat untuk menjelajahi Ciwidey ala Bolang keesokan harinya.

Keesokan harinya,tepat pukul07.00 pagi, perjalanan ala Bolanga.k.a ngeteng pindah-pindah angkot he3x kami lakukan dari rumah kost saya di daerah Jatinangor. Dengan menumpang Bis Damri tujuan Elang, 45 menit kemudian kami turun di depan teriminal Leuwi Panjang. Sebelum melanjutkan pernjalanan, kami sempatkan terlebih dahulu untuk sarapan pagi di depan terminal ini. Pilihan menu sarapan pagi kali ini jatuh kepada lotek (sejenis gado-gado). Setelah hendak membayar ke pedagang lotek, saya cukup kaget karena diminta membayar seharga23 ribu Rupiah untuk 3 porsi lotek. Harganya terlalu mahal, 7 ribu untuk satu porsi lotek yang menurut saya rasanya biasa-biasa saja heu4x (hikmah dibalik kejadian ini: selalu tanya harga sebelum beli makanan he4x).

Dari depan terminal ini, kami menumpang angkot hijau (tarif 5 ribu) jurusan Soreang. Sebenarnya dari sini ada angkutan jenis minibus yang langsung menuju terminal Ciwidey. Tetapi saat itu, entah mengapa saya tidak bisa menemukan angkutan ini sehingga saya putuskan untuk menuju Soreang saja dulu. Tidak banyak yang saya dapat ceritakan dalam perjalanan menuju Soreang. Angot kami terjebak macet dibeberapa titik kemacetan. Selain itu kepala saya mulai terasa pusing akibat lamanya perjalanan heu4x.

Pukul 08.45 kami sampai di Soreang. Saya cukup terkesan dengan kebersihan dan infrastruktur jalan di Soreang, kotanya bersih dan jalannya berukuran lebar dan lurus. Kami turun di terminal Soreang. Dari sini kami lanjut menggunakan angkutan jenis minibus menuju terminal Ciwidey. Rute yang dilewati mobil ini semakin lama semakin menanjak. Tanjakan dan kelokan “dilahap” dengan enteng oleh Pak Sopir. FYI, satu mobil angkutan ini diisi oleh 16 orang termasuk sopir. Jadi dapat dibayangkan betapa “nikmatnya” bersempit-sempit ria di dalam mobil ini (warning: tidak disarankan bagi wisatawan bertipe "koper" menggunakan jenis angkutan ini he3x).

Tiga puluh menit kemudian akhirnya “penderitaan” bersempit ria berakhir,kami tiba di terminal Ciwidey, lokasinya tepat berada di depan pasar Ciwidey. Belum sempat keluar dari angkot, para tukang ojek membuka jendela mobil menarwarkanojeknya . Secara halus kami menolak jasa mereka. Kami menumpang angkot berwarna kuning (tarif 6 ribu) untuk menuju Kawah Putih. Belum hilang penderitaan sempit-sempitan di mobil tadi, cobaan datang kembali, angkot yang kami tumpangi ini beberapa kali ngetem mencari penumpang yang membuat kepala saya puyeng heu4x (inilah nikmatnya berwiata ala Bolang). Untungnya di tengah perjalanan, banyak anak sekolahan dan pedagan yang ingin berjualan di objek wisata menumpang angkot ini sehingga perjalanan agak sedikit lebih lancar (tidak ngetem lagi). Udara di sini mulai terasa sejuk dan dingin, sepanjang perjalanan kami disuguhi kebun-kebun warga (kebanyakan hortikultura), wisata petik stroberi, rumah makan, dan penginapan di sisi kanan kiri jalan.

1346421326761472471
1346421326761472471

Akhirnya setelah menempuh 45 menit perjalanan (termasuk ngetem), kami tiba di gerbang pintu masuk Kawah Putih, lokasinya persis berada di sisi kiri jalan. Setelah berfoto-foto di depan gerbang, kami berjalan menuju loket penjualan tiket masuk. Di sisi kanan jalan pintu masuk, berjejer kios-kios penjual souvenir khas Kawah Putih, tempat makan, dan parkiran kendaraan. Kesan pertama saya mengenai tempat ini sungguh tertata rapi dengan baik dan teratur. Sesuai pengumuman yang tertera di depan loket, tiket masuk 15 ribu Rupiah per orang dan 10 ribu Rupiah tiket ontang-anting per orang (angkutan khusus gerbang ke kawah PP). Saya diminta untuk membayar total 75 ribu Rupiah untuk 3 tiket masuk dan tiket ontang-anting PP. Petugas loket memberikan print-an invoice pembayaran sebagai tiket resmi untuk berwisata di Kawah Putih. Semua biaya terperinci dengan jelas, tambah salut dengan pengelola Kawah Putih.

13464209491275358598
13464209491275358598

Ontang-anting yang kami tumpangi berangkat menuju ke lokasi kawah setelah penumpang terisi penuh sebanyak 13 penumpang. Perjalanan sejauh kira-kira 5 km dengan medan terus menanjak ditempuh dengan waktu kurang dari 20 menit. Ontang-anting berhenti di shelter pemberhentian terakhir di lokasi kawah, dari sini kami harus jalan kaki menuju pusat kawah. Di samping shelter ontang anting terdapat tulisan KAWAH PUTIH berukuran besar, kami kembali berfoto-foto narsis di sini he3x. Fasilitas di lokasi kawah bisa dikatan cukup lengkap, di sini terdapat toilet (bayar 2 ribu) dan pusat informasi (information center), dan kotak-kotak sampah (organic dan anorganik).

1346421004900928116
1346421004900928116

Tidak lama berjalan kaki dengan jalan yang berbentuk tangga-tangga, kami sampai di tempat datar yang tidak begitu luas (plaza). Di sini pengunjung dapat membaca informasi asal muasal ditemukannya kawah putih dan keadaan alam sekitar. Di sini juga terdapat gazebo kecil bernama Saung Kecapi, sayang ketika itu tidak ada pertunjukan kecapi. Dari plaza, kami berjalan turun sedikit menuju pusat kawah, dari kejauhan sudah terlihat kawah besar.

1346421048607989647
1346421048607989647

Tiba di pusat kawah,kami mendapatkan pemandang yang sangat indah. Kawahdikelilingi gunung dan hutan, air di dalam kawah yang tampak berwarna biru kehijauan, kawah yang sesekali mengeluarkan asap, sungguh pemandangan yang sangat indah, tidak bisa dijelaskan kata-kata. Sedikit tips, disarankan untuk membawa masker karena bau belerang yang menyengat sangat menggangu pernafasan. Kawah putih sangat recommended untuk dikunjungi jika berwisata ke Ciwidey

13464210961168940406
13464210961168940406

1346421123738113294
1346421123738113294

13464211582111205021
13464211582111205021

Puas mengeksplore Kawah Putih, kami lanjutkan menuju objek wisata lainya yaitu Situ Patengan. Dari gerbang pintu Kawah Putih, kami menumpang angkot kuning lagi(tarif 7 ribu termasuk tiket masuk situ)menuju Situ Patengan. Dalam perjalanan ke situ, kami melewati objek wisata lainya seperti Pemandian Air Panas Cimanggu, penangkaran rusa Ranca Upas, dan kebun teh Rancabali. Lanscape Kebun teh Rancabali yang bervariasi menambah keindahan kebun ini.

Tiba di situ, kami ditawari untuk menyewa kapal untuk mengelilingi situ dan melihat lokasiBatu Cinta. Di sini kita bisa menyewa kapal 150 ribu per kapal (kapasitas 10 penumpang) atau sepeda air 30 ribu per jam (muat 2 orang). Setelah tawar menawar dengan teknik tidak terlalu tertarik untuk menyewa kapal he3x, kami diberi harga khusus oleh pemilik kapal yaitu hanya dengan uang 75 ribu saja mengelilingi situ plus ke lokasi Batu Cinta sehingga kami serasa memiliki kapal private (satu kapal hanya diisi kami bertiga). Pengalaman naik kapal mengelilingi situ cukup menarik dan mengasyikkan. Celakanya yang mendayung kapal saat itu hanya satu orang, kami ikut membantu mendayung kapal karena merasa kasihan dan berterima kasih sudah diberi harga khusus.

1346421229786990528
1346421229786990528

13464212531646937861
13464212531646937861

13464212802000742503
13464212802000742503

“danau ini danau alami dan dalamnya sekitar 20 m” kata pendayung kapal, jadi bagi yang tidak bisa berenang jangan coba-coba berenang di sini ya he3x.

“Di kaki gunung Patuha yang udaranya sejuk serta panoramanya yang indah. Terbentang sebuah danau yang konon danau ini mengisahkan dua insan yang telah lama berpisah (Ki Santang dan Dewi Rengganis). Karena cintanya yang begitu dalam akhirnya mereka berdua dipertemukan kembali di sebuah tempat yang bernama Batu Cinta. Batu inilah yang menjadi saksi bisu dipertemukannya cinta mereka kembali” Mitos Masyarakat Paatengan

Di ujung sisi lain situ, terdapat Batu Cinta, sebuah batu besar di pinggir situ yang memiliki cerita legenda masyarakat kaki gunung Patuha. Ternyata untuk ke lokasi Batu Cinta bisa lewat jalan darat dari lokasi awal naik kapal tadi tetapi memutar cukup jauh. Situ Patengan  layak untuk dikunjungi, namun di sekitar situ terdapat sedikit sampah berserakan yang kurang enak dipandang mata.

Lelah berjalan-jalan dari tadi, kami memutuskan untuk makan siang, dengan menumpang angkot kuning kembali kami balik menuju Kawah Putih.Pilihan kami jatuh kepada warung di depan pemandangan air panas Cimanggu. Kami memilih menu nasi timbel kompilt, kali ini harganya cukup reasonable dan rasa makanannya terasa enak menurut saya (entah karena perut sudah terasa lapar he3x).

Pukul 15.30 kami selesai makan, sebenarnya ada satu tempat lagi yang kami ingin kami kunjungi yaitu penangkaran rusa Ranca Upas, namun waktu semakin larut sehingga kami memutuskan untuk menyudahi wisata ala Bolang ini, kami takut tidak mendapatkan angkot pulang menuju Bandung (walaupun saya sempat bertanya kepada Ibu penjual makanan tentang jam operasi angkot, “angkot kuning ke ciwidey paling akhir jam 5 sore, angkot terminal Ciwidey ke bandung paling akhir pukul 7 malam” katanya. Kami beruntung dari terminal Ciwidey, kami menumpang bis langsung (7 ribu) menuju terminal Leuwi Pangjang. Dua jam kemudian kami tiba dengan selamat di Bandung.

What a nice experience,,Want to try?,,

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun